Hemmen
Sastra  

Terlalu Maskulin, Terlalu Feminim

Kurnianto Purnama
Kurnianto Purnama, SH, MH/foto:dok.SP

Dalam pergaulan sehari-hari, kita sering mendengar istilah maskulin dan feminin. Maskulin istilah untuk cowok, sedangkan feminin untuk cewek.

“Cen-Cen… coba lihat foto papa, bagus ya, di atas ada rembulan dan di bawah ada bunga, menemani papa minum kopi,” tutur saya pada putri saya yang kebetulan seorang Psikolog, seraya memperlihat foto saya.

Idul Fitri Kanwil Kemenkumham Bali

Dia telah lulus menjadi Psikolog di sebuah Universitas di Kuala Lumpur, Malaysia.

Orang Indonesia, tidaklah kalah hebat dengan orang luar negeri. Karena dia pernah mewakili kampusnya di Malaysia untuk seminar, menjadi juara pertama, mengalahkan mahasiswa-mahasiswa dari negara lain.

Ini bukan saya mau sombong pada putri saya. Tapi saya sekedar mendorong, agar kita mesti percaya diri.

BACA JUGA  Prodi PBSI UIN Jakarta Adakan Tribut Penghargaan untuk Budayawan Muslim Asal Ciputat

“Papa kelihatan sifatnya seperti cewek ya, karena di foto ini ada bunga?,” tambah saya lagi.

Ia menjawab pada saya: “Papa…justru seorang cowok terlalu maskulin itu tidak bagus”

Karena cowok perlu memiliki kasih sayang, rasa empati, rasa peduli, perhatian dan lain-lain.

Baik pada keluarga, pasangan, teman dan pada sesama. Bahkan cowok menangis tidaklah tabu.

“Sebaliknya, seorang cewek sifat terlalu feminin juga tidak bagus,” lanjutnya.

Karena cewek perlu memiliki keberanian, tak boleh terlalu takut, perlu memiliki daya juang, tahan terhadap tekanan, lincah dan sebagainya.

Maka intinya, cowok sifatnya, jangan terlalu maskulin. Dan cewek, jangan terlalu feminim.

Jakarta, 7 November 2020
Kurnianto Purnama, S.H.,M.H.

Barron Ichsan Perwakum

Tinggalkan Balasan