Akibat Mekanisme Lempeng Indo-Australia, Ende-NTT Diguncang Gempa Magnitudo 5,6

Tangkapan layar peta pusat gempa di wilayah pantai selatan Ende, NTT dengan parameter update M5,6 yang dirilis BMKG, Selasa (16/8/2023). FOTO: dok.Ant

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Gempa dengan magnitudo 5,6 mengguncang wilayah Pantai Selatan Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat mekanisme “slab-pull” pada lempeng Indo-Australia, seperti dilansir Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono di Jakarta, Selasa (15/8/2023) menyatakan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,81 lintang selatan dan 121,49 bujur timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 19 km barat laut Ende, Nusa Tenggara Timur pada kedalaman 182 km.

“Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M5,6,” katanya.

Ia mengatakan gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya deformasi batuan akibat mekanisme “slab-pull” pada lempeng Indo-Australia.

BACA JUGA  Hari ini PN Jaksel Sidangkan Enam Terdakwa Kasus Merintangi Penyidikan Pembunuhan Brigadir J

“Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault),” katanya.

Ia menyatakan gempa yang terjadi pada pukul 10.54 WIB itu dirasakan di Waingapu, Ende dengan skala intensitas III-IV MMI (modified mercally intensity), artinya bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah.

Gempa juga dirasakan di Sumbawa, Dompu, Kota Bima, Kab. Bima, Ngada, Mataram, Lombok Timur, Sumbawa Barat III MMI (getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu).

Sementara itu, gempa dengan skala II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang) dirasakan di Gianyar, Denpasar, dan Bajawa.

BACA JUGA  Penjelasan Dithubla Kemenhub Tentang Insiden Kapal Wartawan di Labuan Bajo

“Hingga pukul 11.23 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock),” katanya.

Hingga saat ini, lanjutnya, belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Dan hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami.

Ia mengimbau kepada masyarakat agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.

“Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah,” tuturnya.

Selain itu, masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, kata Daryono. (02/Ant)