Alasan Timnas dan Ulsan FC Pecat STY: Problem Komunikasi

Ulsan FC
Alasan Timnas dan Ulsan FC Pecat STY: Problem Komunikasi (Foto: Net)

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Pemecatan Shin Tae-yong (STY) dari kursi pelatih Ulsan FC menjadi sorotan besar di dunia sepak bola Asia. Setelah sebelumnya berpisah dengan Timnas Indonesia, kini pelatih asal Korea Selatan itu kembali menghadapi nasib serupa di klub kampung halamannya. Kekalahan telak 0-3 dari Gimcheon Sangmu pada Minggu (5/10/2025) menjadi pemicu langsung keputusan pahit tersebut, namun ternyata persoalan di baliknya jauh lebih kompleks.

Menurut laporan sejumlah media Korea, alasan utama di balik pemecatan Shin Tae-yong bukan semata hasil buruk di lapangan. Manajemen Ulsan FC menilai STY gagal membangun komunikasi efektif dengan para pemainnya.

Gaya kepelatihan yang terlalu kaku, kurangnya dialog terbuka, dan miskomunikasi taktis disebut menciptakan jarak antara pelatih dan skuad. Para pemain merasa tidak diberi ruang berpendapat, sementara STY dianggap terlalu menuntut tanpa membangun rasa percaya.

BACA JUGA  Jasa Marga: Hampir 300 Ribu Kendaraan Keluar Jakarta, Lonjakan juga Terjadi di Wilayah Jateng dan Jatim

Situasi tersebut membuat atmosfer tim memburuk hingga akhirnya manajemen Ulsan FC memutuskan untuk menghentikan kerja sama. Ironisnya, ini bukan kali pertama masalah komunikasi menjadi batu sandungan bagi Shin Tae-yong.

Saat menangani Timnas Indonesia, Shin Tae-yong juga sempat menuai kritik karena dianggap sulit beradaptasi dengan karakter pemain dan kultur sepak bola Indonesia. Gaya kepemimpinannya yang keras memang berhasil mendongkrak performa Garuda di level Asia Tenggara, namun di balik itu muncul sejumlah ketegangan dengan federasi dan beberapa pemain.

Masalah ini bahkan diakui oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, saat mengumumkan pemutusan kontrak STY pada 6 Januari 2025.

“Kami melihat perlunya ada pemimpin yang mampu menerapkan strategi yang disepakati bersama, dengan komunikasi yang lebih baik dan program yang lebih solid,” ujar Erick Thohir dalam konferensi pers saat itu.

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa komunikasi menjadi alasan utama PSSI mengakhiri kerja sama dengan pelatih yang sempat membawa Indonesia menembus final Piala AFF 2020 tersebut.

BACA JUGA  Tak Kelola Emisi dan Cemari Udara, Pabrik Peleburan Aluminium di Cikarang-Bekasi Disegel KLH

Kegagalan membangun komunikasi menjadi benang merah dalam dua pemecatan besar yang dialami Shin Tae-yong. Dari Timnas Indonesia hingga Ulsan FC, ia menghadapi tantangan serupa: ketidakmampuan menjaga harmoni antara strategi, ego pemain, dan dinamika tim.

Dalam era sepak bola modern, kemampuan pelatih tidak hanya diukur dari kecerdasan taktik, tetapi juga dari kepemimpinan emosional dan manajemen komunikasi. Membangun rasa percaya dan menciptakan lingkungan kerja yang positif kini menjadi kunci sukses di level profesional.

Meski dikenal sebagai pelatih berdisiplin tinggi dengan pengalaman di level internasional, Shin Tae-yong tampaknya masih perlu beradaptasi dengan pendekatan yang lebih humanis dan terbuka.

Pemecatan dari dua institusi besar dalam kurun waktu kurang dari setahun tentu menjadi pukulan berat bagi karier Shin Tae-yong. Namun, pengalaman ini bisa menjadi titik balik jika ia mampu melakukan introspeksi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan dinamika sepak bola modern.

BACA JUGA  Invitasi Tenis Nasional 2022, All BIN Final di Tunggal Putri

Apapun langkah selanjutnya, kisah Shin Tae-yong menjadi pengingat bahwa keberhasilan di lapangan hijau tidak hanya ditentukan oleh taktik dan strategi, tetapi juga oleh kemampuan membangun komunikasi dan kepercayaan.(PR/04)

Semangat Hari Pahlawan 2025, DPRD Sidoarjo