Tri Indroyono

APRI: “Shelter” dan pasir di kolam pembenihan kurangi tingkat kanibal rajungan

Rajungan
Board of Director (BOD) Asosasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI), Wita Setioko (dua dari kiri) memperihatkan benih rajungan (Portunus pelagicus) hasil budi daya di "hatchery) di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur pada Oktober 2024. FOTO: HO-APRI

SURABAYA-JATIM, SUDUTPANDANG.ID – Pemberian “shelter” dan pasir pada saat di kolam pembenihan dalam kegiatan budi daya dapat mengurangi tingkat kanibal rajungan (Portunus pelagicus), kata Board of Director (BOD) Asosasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI), Wita Setioko.

“Kegiatan budi daya menjadi salah satu solusi jangka panjang dalam menjaga stok (rajungan) untuk dapat berkelanjutan,” katanya dalam taklimat media yang diterima Sudutpandang.id di Surabaya, Jawa Timur, Senin (21/10/2024).

Kemenkumham Bali

Ia menyampaikan itu terkait peluang masa depan melalui percobaan pembenihan rajungan melalui kegiatan budi daya itu.

Karena itu, kata dia, APRI telah melakukan kegiatan pembenihan rajungan bekerja sama dengan Balai Besar Perikanan Budi Daya Air Payau (BBPBAP) Jepara di Jawa Tengah untuk dapat melakukan pembenihan rajungan dengan skala yang lebih besar.

“Budi daya menjadi sebuah peluang yang menjanjikan untuk keberlanjutan dalam menuju ekonomi biru,” tambahnya.

Rajungan
Benih (crablet) rajungan berhasil dibudidayakan di “hatchery” APRI di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur pada Oktober 2024. FOTO: HO-APRI

Salah satu komoditas yang memiliki nilai tinggi seperti rajungan, katanya, menjadi sumber mata pencaharian nelayan kecil di wilayah pesisir.

BACA JUGA  Peluncuran Rendang Goes To Europe di Bali Diprotes, Ini Kata Sandi Uno

Terlebih, katanya berdasarkan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan juga mengisyarakatkan bahwa budi daya menjadi hal untuk menghadapi tantangan serta menciptakan peluang bagi masyarakat untuk ke depannya.

Termasuk ke dalam kelompok krustasea, kata dia, rajungan menjadi salah satu komoditas yang tertinggal dari udang, kepiting bakau, dan lobster dalam inovasi teknologi budi daya.

Menurut dia perjalanan menuju budi daya tentunya harus diawali dengan tersedianya benih dari rajungan itu sendiri.

Ia mengatakan bahwa tahapan-tahapan yang dilakukan untuk dapat menghasilkan crablet (benih) rajungan adalah dengan pemilihan indukan bertelur yang baik melalui nelayan dengan penanganan khusus.

Penanganan khusus itu, kata dia, seperti pemberian aerator hingga menuju lokasi bak penampungan indungan dengan pemberian pakan
yang optimal.

Selanjutnya, indukan yang akan menetas dipindahkan ke bak penetasan, lalu pemberian pakan pada larva rajungan yang menetas.

shelter
Indukan rajungan (Portunus pelagicus) bertelur yang dipilih untuk pembenihan budi daya di “hatchery” APRI di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur pada Oktober 2024. FOTO: HO-APRI

Larva yang menetas ini akan dipindahkan sesuai dengan fase siklus hidup rajungan mulai dari larva, zoea, megalopa hingga crablet/rajungan kecil.

BACA JUGA  Skuad Garuda Terus Dipoles Demi Target Juara Piala AFF 2022

Rajungan ini memiliki karakteristik yang cukup spesial sehingga dalam upaya pembenihan ini APRI memperbanyak indukan untuk dapat ditetaskan terlebih dahulu dan setelah itu baru bicara tentang survival rate (SR).

“Indukan menjadi poin utama dalam kegiatan pembenihan. Indukan yang baik dapat menghasilkan sekitar 30.000-50.000 ekor benih rajungan, kualitas kebersihan air dan ketersediaan pakan alami juga menjadi faktor penentu dalam keberhasilan pembenihan ini,” katanya.

Produksi benih rajungan ini, kata dia, memiliki peluang bagi para pelaku usaha, baik dari pakan maupun benih rajungan itu sendiri untuk dapat menyerap lapangan pekerjaan.

Ia menjelaskan “hatchery” (tempat pembenihan) rajungan di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur yang dibangun APRI saat ini berkapasitas 100.000 ekor per bulan, namun saat ini belum digunakan optimal.

Pembenihan rajungan meski mengadopsi dari pembenihan udang dan ikan, katanya, namun komoditas rajungan ini sangatlah unik dengan memiliki duri serta capit yang runcing dan memiliki kepcepatan berenang yang baik.

BACA JUGA  Mantan Dirut PT Surveyor Indonesia Diperiksa Skandal Korupsi Rajungan

Hewan ini, tambahnya, menjadi hewan yang tidak ramah bagi siapapun yang mengganggunya sehingga perlu dilakukan “grading” dan “sizing” untuk menghindari sifat kanibal ini.

Pihaknya berharap dengan adanya pembenihan rajungan ini dapat mengatasi tantangan-tantangan terkait dengan perikanan rajungan.

Selain itu, dapat menciptakan para pembudi daya pembesaran rajungan sebagai sebuah peluang untuk meningkatkan hasil perikanan yang berkelanjutan, demikian Wita Setioko. (PR/02)