FOKSI: Perlu edukasi intensif agar tak terjadi lagi gajah mati kesetrum

Konservasionis satwa liar Indonesia, yang juga Koordinator Umum Satwa Liar Indonesia (FOKSI), Tony Sumampau (empat dari kanan) saat menghadiri Orientasi Wartawan Konservasi (OWAKA) di Bogor, Jawa Barat. FOTO:dok.pribadi

BOGOR-JABAR, SUDUTPANDANG.ID – Konservasionis satwa yang juga Koordinator Forum Konservasi Satwaliar Indonesia (FOKSI) Tony Sumampau mengemukakan bahwa diperlukan edukasi yang lebih intensif dari otoritas berwenang untuk mengingatkan semua pihak agar tidak terjadi lagi kasus-kasus matinya satwa dilindungi gajah akibat kesetrum listrik.

“Peristiwa gajah kesetrum aliran listrik dan mati, sebenarnya sudah sering kita dengar dan juga dapatkan informasinya. Saya juga tidak paham mengapa masih digunakan listrik yang menyebabkan kematian itu, padahal ada opsi lain yang tidak mematikan,” katanya saat diwawancarai di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/3/2024).

Ucapan Selamat Idul Fitri MAHASI

Tony Sumampau menanggapi hal itu terkait dua gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang ditemukan mati di Provinsi Aceh — diduga tersengat arus listrik dalam rentang waktu sebulan terakhir — yang dikonfirmasi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh.

BACA JUGA  Bupati Asahan Pimpin Upacara Hari Kelahiran Pancasila 2024

Ia menegaskan bahwa cara agar satwa liar, terlebih satwa yang dilindungi dan terancam punah seperti gajah sumatera, agar tidak menjadi korban mematikan semestinya bisa menggunakan aliran dengan sistem arus kelistrikan searah atau biasa disebut DC (Direct Current), yakni sebuah bentuk arus atau tegangan yang mengalir pada rangkaian listrik dalam satu arah saja.

Arus listrik DC dihasilkan dari sumber energi seperti baterai, aki, dan panel surya, yang sifatnya sekadar mengejutkan satwa yang menyentuhnya.

Ia menduga pada kasus matinya gajah di Aceh itu, yang dipakai adalah arus bolak-balik (Alternate Current/AC), yakni jenis tenaga listrik yang umum digunakan di rumah, kantor, dan aplikasi industri, berasal dari generator listrik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.

Dampak sumber listrik dari arus AC itu, kata dia, sifatnya tidak sekadar mengejutkan satwa, namun mematikan karena dipastikan tinggi voltasenya.

BACA JUGA  Berhadiah Umrah, Jalan Santai "Sulsel Anti-Mager" Diikuti Ribuan Warga

“Di sinilah problematika utamanya, sehingga perlu edukasi kepada pemda dan masyarakat dengan ajakan dan imbauan agar tidak menggunakan listrik arus AC untuk mengatasi gangguan gajah. Bisa memakai yang DC, yang biayanya tidak mahal, pun warga sekitar sebenarnya mudah untuk menggunakannya,” kata Tony Sumampau.

Sebelumnya, pada Sabtu (16/3), Kepala BKSDA Aceh Ujang Wisnu Barat di Banda Aceh mengonfirmasi bahwa kasus kematian gajah diduga tersengat listrik yang terakhir terjadi di Desa Karang Ampar, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, pada Sabtu (9/3).

Peristiwa sama juga terjadi di wilayah Panton Limeng, Desa Aki Neungoh, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya.

Gajah liar jantan diperkirakan berusia 13 tahun itu ditemukan mati pada Selasa (20/2).

Lokasi gajah mati di Pidie Jaya tersebut berada di perkebunan masyarakat. Di lokasi kematian gajah ditemukan pagar listrik.

BACA JUGA  Ketimbang Dirusak Gajah Liar, Petani di Aceh Percepat Panen Padi

Pada saat nekropsi atau bedah bangkai, ditemukan kawat listrik terlilit pada kaki kanan dan sebagian tubuh gajah.

Sedangkan di lokasi gajah ditemukan mati di Karang Ampar, Kecamatan Ketol, kata Ujang Wisnu, juga didapati sisa kawat dan selang plastik diduga untuk menggantung kabel listrik. (Jan/02)