Hemmen

Komunitas Reyog Ponorogo Gagrak Magetan Lestarikan Solah Joget Lawasan

Komunitas Reyog Ponorogo Gagrak Magetan menggelar pentas di GOR Ki Mageti, Kota Magetan, Jawa Timur, Sabtu (21/05/2022). FOTO: Komunitas Reyog Ponorogo Gagrak Magetan/DNY

MAGETAN, SUDUTPANDANG.ID – Dalam upaya melestarikan solah joget lawasan dengan ciri khas Magetanan, Komunitas Reyog Ponorogo Gagrak Magetan menggelar pentas di GOR Ki Mageti, Kota Magetan, Jawa Timur, Sabtu (21/05/2022).

Pentas yang menampilkan 8 dadak merak serta komponen reyog lainnya ini juga sebagai ajang memperingati hari ulang tahun (HUT) Komunitas Reyog Ponorogo Gagrak Magetan yang pertama.

Idul Fitri Kanwil Kemenkumham Bali

Tidak hanya tokoh reyog, Bupati Magetan, Suprawoto, juga turut hadir dalam pentas yang disaksikan ribuan pasang mata kali ini.

Ketua Pelaksana Kegiatan, Andri Bagus Setiawan, mengatakan Reyog Gagrak Magetan memiliki ciri khas pada musiknya, yakni serekannya lebih “obyokan”.

Di samping itu joget lawasan yang diterapkan merupakan gerakan seperti puluhan tahun silam.

BACA JUGA  Ahli Nilai Keterangan Dody Prawiranegara Merusak Proses Hukum

“Ciri khas yang membedakan di musiknya, yang Magetan itu cenderung di serekannya lebih ‘obyokan’. Dan yang diterapkan oleh teman-teman ini joget lawasan seperti puluhan tahun yang lalu. Ya inilah reyog dengan Gagrak Magetanan,” kata Andri.

Ia menambahkan ajang yang digelar seperti saat ini merupakan yang kedua kalinya. Ke depan pihaknya berharap pakem reyog sampai kapanpun tidak hilang. Sementara untuk pemerintah diharapkan bisa memberi dukungan.

“Harapannya, pakemnya reyog sampai kapanpun itu tidak akan hilang. Dan kepada pemerintah diharapkan dukungannya dengan memberikan fasilitas-fasilitas,” katanya.

Sementara itu tokoh reyog dari Ponorogo, Hari Purnomo atau lebih akrab disapa “Mbah Pur Warog Gendeng” mengatakan dengan adanya Reyog Gagrak Magetan tersebut seakan-akan mengembalikan reyog seperti jaman dahulu.

BACA JUGA  Nadiem: Penyederhanaan Kurikulum Darurat Efektif Memitigasi Ketertinggalan

“Dengan adanya di Magetan ini, seakan-akan reyog kembali seperti dulu lagi, reyog mulai hidup dengan rohnya yang sejati,” katanya.

Jadi, kata dia, Gagrak Magetan ini harus betul-betul dipertahankan jangan sampai nanti hanya karena ikut-ikutan dengan arus sehingga melenceng dari pakemnya.

“Sebenarnya semua boleh, tinggal kita mengemas, tapi jangan terlalu melenceng jauh dari pakemnya reyog,” katanya.

“Mbah Pur Warog Gendeng” juga berpesan reyog boleh digunakan oleh siapapun asalkan tetap satu yaitu Reyog Ponorogo. (DNY)

Barron Ichsan Perwakum

Tinggalkan Balasan