ANKARA, SUDUTPANDANG.ID – Menteri Hak Sosial Spanyol, Ione Belarra menyerukan untuk pengaduan terhadap rezim Zionis Israel di Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) atas kejahatan perang dalam serangan brutal di jalur Gaza, Palestina.
Menurut laporan dari Pars Today — situs berita Iran yang telah beraktivitas di sektor layanan eksternal Islamic Republic of Iran Broadcasting (IRIB) — yang diakses di Jakarta, Kamis (9/11/2023), Ione Bellara hari Rabu (8/11/2023) meminta para korban serangan rezim Zionis dan keluarga mereka untuk menghubungi pengacara Prancis Juan Branco, dan menyeret Israel ke ICC atas kejahatannya itu.
Ione Bellara sebelumnya mengumumkan bahwa Perdana Menteri rezim Zionis Israel, Benjamin Netanyahu harus diadili di ICC atas tuduhan melakukan kejahatan perang di Gaza.
Kantor Berita Anadolu, mengutip surat kabar Spanyol, El Mundo, Ahad (15/10) menyebutkan Belarra membagikan sebuah video berisi tuduhan Uni Eropa dan Amerika Serikat “terlibat dalam kejahatan perang yang dilakukan Israel,”.
Sang menteri mendesak berbagai pihak untuk mengecam Israel di ICC serta menyesalkan “genosida yang sudah direncanakan” di Jalur Gaza saat ini.
Melalui postingan di jejaring sosial X, Bellara menulis, “Kami telah meminta warga negara ganda Palestina dan negara-negara Eropa untuk mewakili mereka baik di yurisdiksi negara mereka maupun di ICC,”.
Ia juga meminta negara-negara lain untuk memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Israel dan menjatuhkan sanksi terhadap Perdana Menteri rezim Zionis, Benjamin Netanyahu, di tengah konflik di Jalur Gaza.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Spanyol, José Manuel Albares mengumumkan bahwa Madrid berencana menambah tiga kali lipat bantuan kemanusiaan ke Palestina tahun ini.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Spanyol pada pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg mengatakan bahwa Madrid telah meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina sebesar 21 juta euro dan berencana melipatgandakannya dalam waktu dekat.
Krisis kemanusiaan
Sepuluh hari setelah konflik dengan kelompok Palestina Hamas mulai pecah, Israel terus melancarkan pengeboman dan memblokade Jalur Gaza. Lebih dari satu juta orang di Gaza –hampir setengah dari total penduduk– terusir dari wilayah itu.
Gaza sedang mengalami krisis kemanusiaan yang parah. Tidak ada listrik di wilayah itu. Makanan, bahan bakar, pasokan obat-obatan juga sudah mulai habis.
Sementara itu, banyak warga sipil terpaksa mengungsi ke Gaza bagian selatan setelah Israel mengeluarkan peringatan agar daerah-daerah di bagian utara dikosongkan dari warga.
Pertempuran pecah ketika Hamas pada 7 Oktober meluncurkan Operasi “Banjir Al Aqsa”, yang merupakan serangan mendadak di segala lini terhadap Israel.
Serangan Hamas itu dilancarkan melalui rangkaian tembakan roket dan penyusupan para personelnya ke Israel melalui darat, laut, dan udara.
Hamas menyatakan operasi itu dilaksanakan sebagai balasan atas serbuan terhadap Masjid Al Aqsa dan kekerasan oleh kalangan pemukim yang terus meningkat.
Israel kemudian meluncurkan Operasi Pedang Besi terhadap target-target Hamas di Jalur Gaza.
Jumlah warga Palestina yang tewas dalam rentetan serangan Israel di Gaza betambah menjadi 2.750 orang, termasuk 750 anak. (02/Pars Today/Ant)