PASAMAN BARAT, SUDUTPANDANG.ID – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), Sumatera Barat, Minggu (26/2).
Dalam Kunjungan tersebut, Dwikorita Karnawati memaparkan terkait kondisi Gunung Talamau dan sekitarnya sesuai dengan data BMKG.
Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa gempa yang terpusat di dasar laut dan gempa yang berasal dari daratan memang berbeda. Jika gempa dari dasar laut memang tidak terasa namun, efeknya sangat besar seperti tsunami dan patahan Sumatera.
Menurutnya, gempa yang terjadi di Kabupaten Pasbar memang bersumber dari daratan. Yang ditakuti terjadinya patahan Sumatera yang melintas di Pasbar, seperti segmen Sianok, segmen Angola.
“Pusatnya dangkal kalau gempa di darat ini. Namun risikonya cukup tinggi, sehingga banyak rumah masyarakat yang roboh, apalagi bangunan rumah masyarakat tidak sesuai dengan daerah rawan gempa” katanya.
Ia melanjutkan, pihaknya akan melakukan survei lebih lanjut terkait dengan dampak gempa.
“Memang gempa susulan 124 kali terjadi di Pasbar. Namun, kekuatan nya semakin melemah. Dari 124 kali itu yang kuat atau terasa hanya 6 kali. Begitu juga dengan potensi patahan di bebatuan semakin melemah, artinya kondisi semakin stabil,” terangnya.
Makanya, lanjut Dwikorita, masyarakat yang rumahnya tidak mengalami kerusakan boleh kembali ke rumahnya. Namun, perlu menjadi perhatian semua pihak adalah kondisi cuaca. Karena ditakutkan banyaknya masyarakat di tenda akan menambah pandemi Covid-19.
“Yang perlu di waspadai setelah gempa ini adalah potensi longsor yang materialnya tersapu oleh air hujan yang masih teronggok di lereng gunung,” ucapnya.(ron)