LANGSA, ACEH, SUDUTPANDANG.ID – Pelabuhan Kuala Langsa di Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Provinsi Aceh, diprediksi penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan, Prof Dr Rokhmin Dahuri akan menjadi salah satu lalu lintas laut tersibuk di masa depan.
“Tidak tertutup kemungkinan, pelabuhan ini menjadi salah satu lalu lintas laut tersibuk di masa depan. Ini butuh dukungan semua pihak,” katanya pada peluncuran ekspor perdana di Pelabuhan Kuala Langsa, Selasa (7/3/2023).
Ia berharap Pelabuhan Kuala Langsa dapat menjadi penghubung jalur laut guna mengangkut hasil industri terpadu.
Diakuinya jika saat ini memang masih sebatas sebagai pelabuhan ekspor/impor komoditas pertanian, perkebunan dan perikanan.
“Namun, ke depan, kawasan dimaksud harus berkembang hingga menjadi arus utama lalu lintas laut yang bisa mengangkut hasil industri,” katanya.
Untuk itu, dirinya siap untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Kota Langsa dan daerah penyangga, seperti Aceh Tamiang dan Aceh Timur agar Pelabuhan Kuala Langsa terus bergelora.
Selain itu, ia memandang perlu Pemerintah Aceh mendorong pertumbuhan pembangunan ekonomi di sektor industri, termasuk adanya perguruan tinggi guna mempersiapkan sumberdaya manusianya.
“Bila kita serius, maka saya siap membantu mendorong hal ini dengan Pemerintah Pusat, kementerian terkait dan pihak lainnya,” kata Guru Besar IPB University itu di depan Kadis Perhubungan Aceh, Pj Walikota Langsa dan bupati/wali kota se Aceh.
Hadir juga Kepala Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Aceh Dr. Aliman, S.Pi,.M.Si, Wali Kota Langsa Ir Said Mahdum Majid, Kepala Perwakilan Kemenkeu Aceh, Safuadi, Pj Bupati Aceh Tamiang, Meurah Budiman
Ia menyebut masyarakat Aceh ibarat telur mata sapi. “Telurnya yang produksi Aceh, tapi yang dapat nama keuntungan Sumatera Utara. 90 persen dari komoditas yang ada di Aceh diproses dan di ekspor dari Sumut,” kata Ketua Umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GNTI) itu.
Karena itu, dia berharap investor, eksporter dan produsen yang dari Aceh pasarnya tidak hanya terbatas ke Malaysia dan Thailand, tapi juga ke Singapura.
“Insya Allah dua pekan lagi ada investor dari Taiwan untuk dibawa ke Aceh. Kita timbulkan ‘trust’ bahwa investasi dan berbisnis di provinsi yang kita yang dirahmati oleh Allah SWT, aman, tenteram dan pasti menguntungkan, tidak ada demo lagi,” katanya.
Menurut dia jika ingin berkelanjutan, maka produk yang diekspor harus kompetitif.
Pertama, kualitas harus top, kedua harus relatif lebih murah ketimbang kompetitor lain, dan yang ketiga produksi yang berkelanjutan.
Sebelumnya Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki melalui Kadishub Aceh T Faisal menyampaikan terima kasih dan penghargaan serta selamat kepada semua pihak, khususnya Pemkot Langsa atas kegiatan ekspor perdana komoditas pertanian, perkebunan dan perikanan melalui Pelabuhan Kuala Langsa ini.
“Peresmian ekspor perdana komoditas unggulan daerah ini merupakan suatu capaian yang tentunya harus disyukuri,” katanya.
Ia menambahkan kolaborasi dan kerja sama yang baik antar mitra yaitu pemerintah, pelaku bisnis, pengusaha atau petani komoditas unggulan merupakan kunci terjaminnya kesinambungan kegiatan ekspor melalui Pelabuhan Kuala Langsa ini.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, nilai ekspor secara keseluruhan di Aceh dalam dua tahun terakhir terus menunjukkan peningkatan.
Pada tahun 2021, nilai ekspor Aceh mencapai 502,40 juta dolar AS, dan pada tahun 2022 meningkat sebesar 46,91 persen menjadi 738,06 juta dolar AS.
“Apabila dibandingkan nilai ekspor Aceh antara bulan Januari dua tahun terakhir, yaitu nilai ekspor Aceh pada Bulan Januari 2022 sebesar 31,64 juta dolar AS,” katanya.
Sedangkan bulan Januari 2023 yang lalu sudah mencapai 69,77 juta dolar AS atau meningkat mencapai 120,51 persen.
“Dengan terbukanya kembali Pelabuhan Kuala Langsa ini sebagai jalur ekspor di Aceh, saya meminta semua pihak yang terlibat menggali potensi ekspor komoditas unggulan di daerahnya masing-masing,” kata Pj Gubernur. (red/02)