Urgensi Menggenjot Gerakan Literasi: Refleksi Hari Literasi Internasional 9-10 September 2024

Literasi
M Aminudin. FOTO: dok.pribadi

Oleh: M Aminudin*

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Laman resmi Badan Pendidikan PBB UNESCO https://www.unesco.org/ menurunkan berita perayaan dunia hari literasi internasional seluruh dunia termasuk Indonesia yang dirayakan puncaknya di Yaounde, Kamerun, pada 9-10 September 2024.
Istilah literasi berasal dari bahasa Latin “literatus” yang berarti orang yang belajar. Pengertian literasi sendiri sebenarnya cukup luas. Namun, umumnya masyarakat masih memahaminya secara sempit yaitu sebagai kemampuan membaca dan menulis.
Secara etimologis istilah literasi sendiri berasal dari bahasa Latin “literatus” yang bermakna “orang yang belajar”. Dalam hal ini, literasi sangat berhubungan dengan proses membaca dan menulis, sama seperti pendapat Grabe & Kaplan (1992) dan Harvey J. Graff (2006) yang mengartikan literasi sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis (able to read and write).
Pengertian lebih luas datang dari Kemendikbusristek yang mendefinisikan Literasi merupakan keterampilan seseorang dalam hal membaca, menulis, berbicara, menghitung serta memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Secara umum literasi diartikan sebagai keterampilan menerima informasi, mengolah informasi, serta menyampaikan Kembali informasi yang diterimanya. Jadi literasi hampir mirip dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan itu sendiri yang merupakan Tupoksi dari Kemendikbudristek.
Jakarta misalnya, sebagai baromter kemajuan literasi melalui pendidikan perlu mendapat perhatian serius pada gubernur baru terpilih 2024 mendatang yang harus menjalankan amanat Undang-undang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang di dalamnya mengatur pengelolaan sekolah menengah atas dan sederajatnya beralih ke pemerintah provinsi yang dipimpin gubernur.
Memang kemajuan masyarakat juga di antaranya dipengaruhi keberhasilan di sektor pendidikan. Oleh karena itu, setiap individu berhak mendapatkan akses mudah dan berkualitas ke pendidikan.
Di Indonesia, beberapa kota dijuluki sebagai kota pendidikan karena menawarkan berbagai pilihan institusi pendidikan berkualitas.
QS World University Rankings merupakan portofolio pemeringkatan perguruan tinggi dan universitas komparatif yang disusun oleh Quacquarelli Symonds, sebuah firma analisis pendidikan tinggi pada tahun 2022 menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota pelajar terbaik di dunia.
Jakarta menempati peringkat ke-124 di dunia dengan total skor 37,5.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta tahun 2021, Jakarta memiliki jumlah penduduk sebanyak 10.609.681 jiwa.
Selain itu, Jakarta juga memiliki banyak universitas atau perguruan tinggi, termasuk beberapa institusi pendidikan terkenal di Indonesia seperti Universitas Indonesia (UI) Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Trisakti, Universitas Nasional, sekolah unggulan dan sebagainya.
Para pemangku kepentingan, terutama para calon gubernur perlu memahami Jakarta di mana hampir 80 tahun jadi Ibu Kota tantangan pendidikan masih cukup kompleks di antaranya:
Pertama: Berdasar angka statistik di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada tahun 2022 mencatatkan sebanyak 75.303 anak di DKI Jakarta putus sekolah dan makin tinggi jenjang pendidikan, angka putus sekolah juga semakin tinggi.
Merujuk pada katadata.co.id, pada akhir Mei 2022, menyebutkan bahwa angka putus sekolah siswa SD Jakarta tahun 2020/2021 sebesar 0,69 persen, sementara Papua Barat hanya 0,3 persen dan Papua hanya 0,28 persen, sedangkan rata-rata nasional hanya 0,18 persen.
Padahal Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta tahun 2023 sebesar Rp 79,52 triliun  tertinggi di Indonesia dengan rasio penduduk yang lebih kecil dibanding Propinsi lain seperti di Jatim dan Jateng.
Kedua: Cukup mencengangkan walaupun Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia sudah 79 tahun jadi Ibu Kota Indonesia tapi pada sejak tahun 2020 hingga 2023 data BPS menunjukkan tren buta huruf trennya meningkat dari 0,9 persen ke 0,68 persen.
Ketiga: Sebagaimana provinsi lainnya, setelah reformasi banyak terjadi sekolah/kampus kurang efektifnya jam belajar. Banyak dikeluhkan cukup banyak pelajaran kosong ditinggal gurunya acara di luar sekolah seperti sertifikasi dan sejenisnya.
Masalah itu sudah seharusnya di pecahkan Calon Gubernur yang terpilih di Pilgub 2024.
Di antara jalan keluarnya adalah memperkuat sinergi dengan kebijakan yang telah dilakukan oleh Kemendikbudristek yang digulirkan Menteri Nadiem Makarim di antaranya:
Perlindungan Sosial Peserta Didik. Capaian Program, Beasiswa Afirmasi, Program seperti Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) dirancang untuk membantu siswa dari keluarga berpenghasilan rendah agar tetap dapat melanjutkan pendidikan mereka.
Sementara itu, Beasiswa Afirmasi memberikan dukungan kepada siswa-siswa dari daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal), serta Beasiswa Indonesia Maju (BIM) yang mempersiapkan siswa-siswa berprestasi untuk melanjutkan studi di luar negeri.
Tidak hanya itu, perhatian juga diberikan kepada pengembangan sumber daya manusia di bidang pendidikan dan kebudayaan melalui Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI). Lewat BIM, anak berprestasi bisa kuliah luar negeri, bahkan diberi persiapan sebelum berangkat S1 di luar negeri.
Namun selain memperkuat Program Merdeka Belajar Kemendikbudristek pusat, gubernur baru di Jakarta dituntut lebih inovatif membuat terobosan akses pendidikan lebih terjangkau di luar mekanisme beasiswa yang lebih bisa komprehensif.
Jika dilakukan akan membawa perubahan pendidikan di Jakarta lebih baik terutam dengan menjadi biaya pendidikan lebih terjangkau di luar mereka yang mendapatkan beasiswa. (Red/02)
*Peneliti Senior Institute for Strategic and Development Studies (ISDS). Pernah menjabat sebagai Staf Ahli Pusat Pengkajian MPR-RI tahun 2005. Staf Ahli DPR-RI 2008. Pengurus Pusat Ikatan alumni UNAIR, Entreneurship Depart.)

 

BACA JUGA  TP PKK DKI Beri Penyuluhan Narkoba dan Literasi Digital