Hemmen

Angklung Dipromosikan Indonesia Untuk Terapi “Demensia” di Qatar

Hamad Medical Corporations (HMC) Qatar bersama Alzheimer Indonesia (ALZI) Qatar Chapter, Angklung Wanita Indonesia (ILA) dan KBRI Doha mengadakan lokakarya pengaruh musik angklung terhadap pasien demensia pada Ahad (17/9/2023) di Doha. FOTO:dok.Ant

JAKARTA, SUDUTPANDANGG.ID – Musik tradisi angklung dipromosikan oleh Indonesia dalam lokakarya tentang pengaruh musik angklung terhadap pasien “demensia” (kepikunan) pada 17 September 2023 dalam sebuah lokakarya di Qatar.

Dubes RI untuk Qatar, Ridwan Hassan melalui penjelasan tertulis di Jakarta, Kamis (21/9/2023) menyatakan promosi angklung sebagai terapi tersebut mencuat saat institusi kesehatan terbesar Qatar, Hamad Medical Corporations (HMC) menggandeng Alzheimer Indonesia (ALZI) Chapter Qatar, Indonesian Ladies Angklung (ILA) dan KBRI Doha dalam lokakarya dimaksud.

“Hari ini kita tahu, nenek moyang kita menciptakan angklung tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga dapat menjadi alat terapi bagi mereka yang memerlukan,” kata Dubes Ridwan Hassan.

BACA JUGA  Cerita Kakak Kandung Pemuda Asal Buaran Klender yang Meninggal Usai Divaksin

Ia menyampaikan apresiasi kepada HMC yang telah menggandeng komunitas Indonesia melalui ALZI dan ILA dalam memperkenalkan angklung sebagai alat terapi demensia.

Sementara itu, Ketua ALZI Qatar, Kennia Lestariyani Sulis mengatakan bahwa musik sudah cukup lama diakui sebagai alat terapi bagi mereka yang mengidap demensia.

Menurut dia, gamelan dan angklung adalah dua jenis alat musik yang diyakini secara medis dapat memberikan efek positif bagi penanganan orang dengan demensia.

“Keyakinan ini juga yang membuat Hamad Medical Corporations berinisiatif menggandeng komunitas Indonesia di Qatar melalui ALZI Qatar dan Indonesian Ladies Angklung (ILA) untuk memperkenalkan musik angklung sebagai alat terapi bagi pasien dengan gejala demensia,” kata Kennia Lestariyani Sulis.

BACA JUGA  Dilelang, Kacamata Milik Mendiang John Lennon Laku Rp2,6 Miliar

Selain itu, Konsultan Geriatrician di HMC Maryam Yousef Al Obaidli juga menyampaikan bahwa loka karya tersebut turut membantu mengurangi stigma terhadap mereka yang memiliki demensia sekaligus bertujuan untuk mendidik publik agar lebih mengerti gejala dan risiko demensia.

Lokakarya itu dihadiri oleh anggota Enaya dan DAAM Specialized Care Centers yang sebagian besar merupakan pasien demensia usia lanjut.

Demensia, yang juga dikenal dengan sebutan pikun, masih sering dianggap wajar oleh sebagian orang.

Padahal, penyakit tersebut tidak hanya akan mempengaruhi kualitas hidup pengidapnya, tetapi juga dapat berdampak serius secara sosial dan finansial bagi masyarakat dan negara serta stigma terhadap si penderita. (02/Ant)

Barron Ichsan Perwakum