Cahaya Waisak dari Sojiwan: MAHASI Ajak Bangsa Hidup dalam Welas Asih

Cahaya Waisak 2569 BE dari Sojiwan: MAHASI Ajak Bangsa Hidup dalam Welas Asih
Ketua Umum Majelis Mahayana Indonesia (MAHASI) Romo Andi Rojali (empat dari kiri) bersama pengurus di Candi Sojiwan, Klaten, Jawa Tengah, Minggu (11/5/2025).(Foto:Dok.Panitia Vihara Dharmasagara)

“Mari kita nyalakan pelita Waisak dalam hati kita masing-masing karena dunia ini tidak membutuhkan lebih banyak suara keras, tapi lebih banyak cahaya lembut dari hati yang tercerahkan.”

Oleh: Romo Andi Rojali|Ketua Umum Majelis Mahayana Indonesia (MAHASI)

Saat lilin dinyalakan dan doa-doa dipanjatkan di pelataran Candi Sojiwan, kita tidak hanya merayakan Waisak 2569 BE/2025 sebagai tradisi keagamaan. Lebih dari itu, Waisak adalah panggilan jiwa untuk menjadikan welas asih, kebijaksanaan, dan kesetaraan sebagai arah hidup, terutama di tengah dunia yang mudah terpancing amarah.

Tiga peristiwa agung dalam Tri Suci Waisak, kelahiran, pencerahan, dan parinibbana Sang Buddha bukan sekadar kisah suci masa lalu. Ia adalah cermin bagi kita hari ini, bahwa manusia memiliki potensi tak terbatas untuk menjadi terang bagi sesama, selama ia bersedia melepas ego dan berjalan bersama cinta kasih.

Kelahiran mengajarkan kita untuk hadir dengan niat baik, pencerahan mengarahkan kita untuk hidup dengan kesadaran, dan parinibbana mengajarkan keikhlasan dalam meninggalkan ego.

BACA JUGA  Harry Ponto Terpilih Jadi Ketua Umum Peradi SAI 2025-2030

Indonesia bukan hanya negara yang majemuk, tetapi juga tanah tempat nilai-nilai spiritual dan sosial bisa tumbuh berdampingan. Waisak menjadi momen pengingat bahwa perbedaan bukan alasan untuk curiga, melainkan kesempatan untuk saling belajar dan memperkuat solidaritas.

Umat Buddha percaya, spiritualitas tidak terpisah dari semangat kebangsaan. Metta (cinta kasih), karuna (belas kasih), dan mudita (sukacita atas kebahagiaan orang lain) adalah fondasi yang relevan dalam merawat demokrasi, menolak diskriminasi, dan mendorong kepedulian terhadap mereka yang lemah.

Candi Sojiwan Bukan Hanya Napak Tilas Sejarah

Cahaya Waisak 2569 BE dari Sojiwan: MAHASI Ajak Bangsa Hidup dalam Welas Asih
Foto:Dok.Panitia Vihara Dharmasagara

Merayakan Waisak di Candi Sojiwan bukan hanya napak tilas sejarah, tetapi juga simbol bahwa keheningan dan kesadaran masih memiliki tempat dalam dunia yang bising oleh polarisasi.

Candi Sojiwan juga bukan sekadar situs sejarah. Ia adalah penanda bahwa spiritualitas Nusantara telah tumbuh dalam semangat toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman sejak berabad-abad lalu. Merayakan Waisak di sini, di tanah leluhur yang penuh makna, adalah pengingat bahwa Indonesia adalah rumah bagi dialog antar-iman yang damai.

BACA JUGA  Pasar Induk Tekum Kota Bogor Terbakar, 60 Los Dilalap "Jago Merah"

Cahaya untuk Semua

Cahaya Waisak 2569 BE dari Sojiwan: MAHASI Ajak Bangsa Hidup dalam Welas Asih
Ketua Umum Sangha Mahayana Indonesia (SMI), Y.M Bhiksu Kusalasasana Mahasthavira bersama Ketua Umum Majelis Mahayana Indonesia (MAHASI) Romo Andi Rojali di Candi Sojiwan Klaten Jawa Tengah, Minggu (11/5/2025) malam.(Foto: Dok.MAHASI)

Sebagai Ketua Umum MAHASI, saya berharap umat Buddha terus menjadi penjaga kedamaian dan pelaku aktif dalam membangun negeri. Kita bisa berkontribusi lewat pendidikan, pelayanan sosial, seni, maupun kebijakan yang memihak pada kebaikan bersama.

Karena pada akhirnya, ajaran Buddha bukan hanya untuk dipelajari, tetapi untuk dihidupi. Dan Waisak bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk dijalani sebagai kompas dalam merawat bumi, sesama, dan diri sendiri.

Perayaan keagamaan juga bukanlah peristiwa seremonial belaka, tetapi titik tolak untuk membumikan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa mulai dari hal kecil. Memilih kata-kata yang menyejukkan, menjaga pikiran dari kebencian, dan bertindak tanpa pamrih demi sesama.

Kami ingin menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar penonton di tengah tantangan zaman. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai karuna (welas asih) dan prajna (kebijaksanaan), kami percaya bahwa keberagaman bukan penghalang, tetapi kekuatan.

BACA JUGA  Gema Waisak Pindapata Nasional 2025: Menag Nasaruddin Umar Serukan Harmoni dan Toleransi

Mari kita jaga Indonesia sebagai taman yang damai bagi semua keyakinan. Mari kita rawat bumi ini sebagai rumah bersama yang penuh cinta. Dan mari kita nyalakan pelita Waisak dalam hati kita masing-masing karena dunia ini tidak membutuhkan lebih banyak suara keras, tapi lebih banyak cahaya lembut dari hati yang tercerahkan.

Selamat Waisak 2569 BE/2025. Semoga semua makhluk berbahagia.

Candi Sojiwan, Klaten, Jawa Tengah, Senin, 12 Mei 2025 Pukul 00.01 WIB

*Penulis adalah Ketua Umum DPP MAHASI Romo Andi Rojali