Hemmen

Puncak Gunung Eiger-Swiss Ditaklukkan 2 Pendaki Indonesia 16 Hari Perjalanan

Dua pendaki Indonesia, Iwan Irawan dan Nurhuda mengibarkan bendera Merah Putih di Puncak Gunung Eiger, Pegunungan Alpen, Swiss, di ketinggian 3.967 meter di atas permukaan laut (Mdpl), Rabu (6/9/2023). FOTO:dok.Ant

BANDUNG, JABAR, SUDUTPANDANG.ID – Selama 16 hari pendakian dalam ekspedisi Alpine Trilogy, dua pendaki — dari empat pendaki — asal Indonesia, yakni Iwan Irawan dan Nurhuda, berhasil menaklukkan puncak Gunung Eiger, Swiss, di ketinggian 3.967 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

“Akhirnya hari Rabu, 6 September 2023 pukul 13:50 waktu Swiss, Merah Putih berhasil berkibar di atas puncak Gunung Eiger di ketinggian 3.967 Mdpl, salah satu dari gunung tersulit dan paling berbahaya di dunia,” kata Iwan “Kwecheng” Irawan melalui sambungan telepon di Bandung, Jawa Barat, Ahad (10/9/2023).

Ia mengungkapkan bahwa tim dalam ekspedisi Alpine Trilogy yang digagas oleh Komite Ekspedisi Wanadri Indonesia (KEWI) dan didukung oleh brand lokal EIGER itu, sebenarnya ada empat orang selain dirinya dan Nurhuda, yakni ada Muhammad Wahyudi dan Muhammad Miftakhudin.

Namun, katanya, Muhammad Wahyudi dan Muhammad Miftakhudin, terpaksa menghentikan pendakian di tengah jalur karena alasan medis.

Muhammad Miftakhudin mengalami cedera lutut bengkak dan tumit lecet.

Iwan “Kwecheng”, yang merupakan pendaki senior Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung (Wanadri) itu menceritakan bahwa dalam ekspedisi itu, suhu ekstrem di ujung musim panas menyambut tim pendaki di Kota Chamonix, yang merupakan gerbang kawasan Pegunungan Alpen, Swiss, yang telah berada di sana sejak 21 Agustus 2023.

BACA JUGA  Simak! Hasil Drawing 8 Besar Liga Champions 2023-24

Semenjak tiba di Swiss, ekspedisi ini mengusung misi untuk mendaki tiga puncak gunung di Pegunungan Alpen, yakni Eiger 3.967 Mdpl, Matterhorn 4.487 Mdpl dan Mont Blanc 4.807 Mdpl.

Iwan Kwecheng yang juga mewakili EIGER Adventure Service Team berkisah butuh waktu berhari-hari untuk melakukan aklimatisasi tubuh juga mengumpulkan semua data informasi dan teknis yang diperlukan.

“Ketiga puncak gunung yang dituju, membutuhkan keterampilan teknis dan pengalaman pendakian yang tinggi,” katanya.

Berbagai hambatan silih berganti selama proses percobaan pendakian, mulai dari gelombang panas ekstrem yang melanda Swiss hingga cuaca yang berubah jadi badai salju juga terjadi.

Akibat cuaca panas ekstrem yang melanda Eropa, pendakian ke Mont Blanc terpaksa tertunda karena jalur pendakian ditutup.

“Informasi kami terima mendadak, Mont Blanc ditutup karena gletser atau bongkahan es besar di jalurnya semakin retak dan menganga akibat gelombang panas, tak aman untuk pendakian,” kata Iwan.

Akhirnya, empat orang pendaki tersebut memutuskan untuk melanjutkan ekspedisi menuju puncak kedua, yakni Matterhorn pada ketinggian 4.487 Mdpl dengan mengambil titik start dari Desa Zermatt.

BACA JUGA  Cak Munir Siap Maju Pemilihan Ketum PWI Pusat

Namun, ketika di Desa Zermatt, yang merupakan desa terdekat menuju Matterhorn, cuaca lagi-lagi tak sesuai dengan rencana, dengan turunnya badai salju.

“Sejak dari Zermatt, badai salju besar datang hingga menghadang kami di tengah jalur, tepatnya di Solvayhuette. Terlalu berbahaya untuk dilanjutkan hingga puncak Matterhorn. Akhirnya kami kembali ke Zermatt,” kata Iwan.

Penaklukkan Eiger
​​​​​​​
Usai memulihkan fisik dan mental selama tiga hari, empat orang pendaki Indonesia kembali melanjutkan misi ketiga yakni Gunung Eiger pada ketinggian 3.967 Mdpl.

Menurut Iwan, Gunung Eiger secara teknis termasuk satu dari pendakian tersulit di dunia.

“Jalur pertama ke puncak Eiger kami coba lewat Heckmair, tapi pijakan di atas es dinding Eiger jalur Heckmair terus menerus runtuh karena cuaca panas. Akhirnya kami ubah jalur melalui West Flank. Kondisi salju yang mencair karena suhu panas juga terjadi di jalur West Flank, namun jalurnya tidak berbahaya seperti jalur Heckmair,” katanya.

Batu cadas tajam dipijak dan digenggam erat, tangan dan kaki meraih es dan mendaki vertikal, memanjat lereng Eiger dengan teknik, juga standar keselamatan tinggi.

BACA JUGA  Kagumi Pulau Dewata, Konsulat Kehormatan Swiss Kunjungi Kanwil Kemenkumham Bali

Empat orang pendaki Indonesia menggunakan peralatan teknis yang membutuhkan jam terbang tinggi di urusan pendakian berbahaya.

Hingga akhirnya dua orang pendaki yakni Iwan “Kwecheng” Irawan dan Nurhuda berhasil mencapai puncak Gunung Eiger.

Usai mencapai puncak Eiger, satu malam dihabiskan untuk pemulihan dan mendirikan bivak menggantung di lereng cadas Eiger, setelah anggota tim yang cedera perlahan pulih, empat pendaki Indonesia ini berhasil turun ke Kaki Pegunungan Alpen pada Kamis (7/9) pukul 14.00.

“Ekspedisi belum usai, masih ada beberapa percobaan lagi untuk menuntaskan misi Alpine Trilogy. Mohon doa dan dukungan semoga empat orang pendaki asal Indonesia di Pegunungan Alpen selalu diberikan perlindungan, keselamatan dan kesehatan hingga kembali ke Indonesia,” kata Iwan Irawan. (02/Ant)

Barron Ichsan Perwakum