Peneliti Ini Sebut 26 Miliar Data Bocor di Internet, Kok Bisa?

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Peneliti siber Bob Dyachenko dari SecurityDiscovery.com dan tim CyberNews baru saja menemukan miliaran data secara terbuka di internet.

Mother of All Breaches (Induk dari semua kebocoran data), begitu para peneliti menyebutnya. Nama ini disematkan setelah penemuan 26 miliar data yang tersebar di internet.

Data superbesar ini berisi 26 miliar catatan yang dimasukkan dalam 36 folder dan memiliki ukuran 12 terabytes. Kemungkinan besar, data-data ini merupakan kompilasi beberapa pelanggaran terbesar yang digabung menjadi satu.

Para peneliti percaya bahwa pemilik MOAB ini memiliki kepentingan tertentu karena menyimpan data dalam jumlah supermasif. Bisa jadi mereka merupakan aktor jahat, perantara data, atau layanan yang bekerja dengan data dalam jumlah besar.

BACA JUGA  Kemenperin Perkuat Kemandirian Alkes Produksi Dalam Negeri

Kumpulan data-data ini tidak berasal dari satu platform, namun ada data dari belasan platform teknologi yang banyak digunakan masyarakat dunia.

Data sensitif Tencent, perusahaan teknologi dan game asal China menjadi yang paling banyak ditemukan dalam MOAB ini, dengan jumlah data mencapai 1,5 miliar. Lalu, ada Weibo dengan 504 juta data, disusul MySpace dengan 360 juta data.

X atau Twitter juga tidak luput dari kebocoran ini, data yang ditemukan dari platform ini sebanyak 281 juta, lalu 271 juta data dari aplikasi Wattpad. linkedIn, Adobe, Canva dan JD.com juga masuk dalam list ini.

Data-data tersebut juga mencakup catatan dari berbagai organisasi pemerintah di AS, Brasil, Jerman, Filipina, Turki, dan negara lainnya.

BACA JUGA  Konten untuk Remaja di Instagram dan Facebook Dibatasi Meta

“Data ini sangat berbahaya karena pelaku ancaman dapat memanfaatkan data untuk berbagai serangan, termasuk pencurian identitas, skema phishing yang canggih, serangan yang ditargetkan di dunia maya, dan akses tidak sah ke akun pribadi,” kata peneliti seperti dikutip uzone.id.

Melihat adanya ancaman kejahatan siber dari data-data ini, tim pengamat siber mengingatkan untuk menggunakan kata sandi yang kuat dan sulit ditebak. Mereka juga meminta penggua untuk mengaktifkan otentikasi multi-faktor pada semua akun penting.(06)