RS di Gaza Bisa Jadi Kamar Mayat Tanpa Listrik, Sebut ICRC

Agresi Israel di Gaza, Palestina, membuat Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza yang dibangun organisasi sosial kemanusiaan untuk korban perang, konflik dan bencana alam yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia, Rabu (12/10/2023) dibanjiri korban warga sipil yang meninggal dan luka-luka untuk mendapatkan layanan kesehatan. FOTO: MER-C

JENEWA, SUDUTPANDANG.ID – Rumah sakit-rumah sakit (RS) di Gaza, Palestina yang diblokade Israel bisa berubah menjadi kamar mayat tanpa adanya listrik, demikian disampaikan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada Kamis (12/10/2023).

Direktur regional ICRC untuk Timur Dekat dan Timur Tengah, Fabrizio Carboni memperingatkan kondisi buruk itu dalam sebuah pernyataan di Jenewa, Swiss, yang dikutip dari Kantor Berita Anadolu, Jumat (13/10)

Kemenkumham Bali

“Saat Gaza tanpa listrik, rumah sakit tidak mendapatkan listrik, bayi-bayi baru lahir di inkubator dan pasien-pasien lansia yang tergantung pada oksigen, menjadi berisiko. Dialisis ginjal terhenti dan rontgen tidak bisa dilakukan. Tanpa listrik, rumah sakit terancam jadi kamar mayat,” katanya.

BACA JUGA  Pemkot Jakbar Gandeng FK Trisakti Periksa Puluhan Balita di Jatipulo

Dia menekankan bahwa masyarakat Gaza sudah kesulitan mendapatkan air bersih, dan “tidak ada orangtua yang mau memberi anaknya yang kehausan air kotor karena terpaksa”.

“Pada saat yang sama, masyarakat Israel mengkhawatirkan kerabat mereka yang disandera,” katanya.

Carboni mengatakan menyandera dilarang oleh hukum kemanusiaan internasional.

Dia mendesak agar mereka yang ditahan dibebaskan segera.

“Kesengsaraan manusia akibat eskalasi ini mengerikan, dan saya memohon kedua pihak untuk mengurangi penderitaan warga sipil,” katanya.

Ia juga mengatakan bahwa ICRC saat ini menjalin kontak dengan Hamas dan Israel.

Komite tersebut, kata dia, siap melakukan aksi kemanusiaan, memfasilitasi komunikasi antara para sandera dan keluarga mereka, serta memfasilitasi pembebasan sandera.

BACA JUGA  Natanyahu 'Ngamuk' Selidiki 24 Tentara Tewas dalam Satu Hari

Dalam konflik terbaru di Timur Tengah itu, pasukan Israel meluncurkan serangan militer secara penuh dan terus menerus di Jalur Gaza untuk membalas serangan kelompok militan Hamas Palestina di wilayah Israel.

Konflik tersebut dimulai ketika Hamas meluncurkan “Operasi Badai Al-Aqsa” terhadap Israel. Dalam serangan mendadak secara bersamaan dari segala arah itu, Hamas menembakkan roket dan menyusup ke Israel melalui darat, laut dan udara.

Hamas menyebut serangannya itu sebagai balasan atas penyerbuan Israel ke Masjid Al-Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan kekerasan yang meningkat terhadap warga Palestina oleh pemukim Israel.

Militer Israel kemudian meluncurkan “Operasi Pedang Besi” di Jalur Gaza dan memblokade penuh kawasan itu sehingga masyarakat setempat kehabisan pasokan air dan listrik.

BACA JUGA  Sudin Dukcapil Jaktim Sebut Perubahan Data Jenis kelamin Dimungkinkan

Situasi itu menambah kesengsaraan masyarakat Gaza yang sudah menderita akibat blokade Israel sejak 2007. (02/Ant)