Hemmen

Saat Puncak Haji, Kemenkes: Jamaah Waspadai “Heat Stroke”

Umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji 1444 Hijjriah berjalan meninggalkan Masjidil Haram usai melaksanakan shalat dzuhur di Mekkah, Arab Saudi, Senin (19/6/2023). FOTO: dok.Ant

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Jamaah calon haji Indonesia diimbau Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mewaspadai ancaman “heat stroke” saat prosesi puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), mengingat cuaca yang panas di Tanah Suci Mekkah, Arab Saudi.

Heat stroke adalah kondisi tubuh tidak dapat mengontrol suhu tubuh. Kondisi ini terjadi karena paparan panas dengan suhu tinggi secara langsung sehingga menyebabkan kenaikan suhu inti tubuh hingga lebih dari 40 derajat Celsius.

“Jamaah haji perlu mewaspadai heat stroke, terutama saat wukuf di Arafah dan di Mina untuk lontar jumroh selama tiga hari,” kata Kepala Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, Tri Atmaja dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (26/6/2023).

Ia menjelaskan puncak ibadah haji ditandai dengan prosesi Armuzna yang dilaksanakan pada 27 Juni hingga 1 Juli 2023.
Cuaca pada saat itu diperkirakan bisa mencapai 44 derajat Celsius pada siang hari.

BACA JUGA  4 Juta Vaksin Sinovac Mendarat di Indonesia

“Kondisi ini jika tidak segera ditangani, dapat mengakibatkan kerusakan organ seperti otak, jantung, dan ginjal,” katanya.

Menurutnya, kondisi heat stroke perlu diwaspadai para jamaah haji, terutama lansia saat berada di Armuzna.

Oleh karena itu ia mengingatkan agar jamaah mengenali beberapa gejala heat stroke, seperti suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 40 derajat Celsius, kelelahan, kulit panas dan kering.

Kemudian, denyut nadi dan frekuensi napas meningkat, gangguan neurologis berupa penurunan kemampuan berpikir dan berkonsentrasi, drowsiness (perasaan mengantuk yang kuat), hingga koma.

Penanganan heat stroke, katanya, harus dilakukan sesegera mungkin. Maka, saat jamaah melaksanakan prosesi lontar jumroh di Mina, telah disiagakan tenaga kesehatan yang akan disebar pada jalur menuju “jamarat”.

BACA JUGA  Terima Kunjungan Sekjen Kemenkes, Sutarmidji Jelaskan Pembangunan RSUD Soedarso

Tujuannya, jika ditemukan peserta ibadah haji dengan gejala heat stroke dapat segera dilakukan penanganan.

“Hal terpenting dalam penanganan heat stroke adalah penemuan kasus yang cepat dan penanganan sesegera mungkin sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut dari kondisi heat stroke,” katanya.

Untuk itu, KKHI mengimbau kepada jamaah untuk minum air 200 mili liter (ml) tiap jam dengan perlahan dan jangan tunggu haus. Jamaah haji juga disarankan untuk minum satu sachet oralit yang dilarutkan dengan air 200 ml per hari.

Jamaah juga diminta membawa handuk kecil yang nantinya bisa dibasahi dan dikompreskan ke badan untuk mengurangi panas tubuh untuk menghindari terjadinya heat stroke.

BACA JUGA  Kembali Tiba di Indonesia, 300 Ribuan Vaksin Pfizer Langsung Dikirim ke 7 Provinsi

“Agar tidak jatuh ke kondisi heat stroke, jamaah haji penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Jangan tunggu haus dan minum air 200 ml tiap jam dengan perlahan,” kata Tri Atmaja. (02/Ant)

 

 

Barron Ichsan Perwakum