Opini  

Fenomena ‘Homeless’ dan Rumah Kosong

Fenomena 'Homeless' dan Rumah Kosong
Nazwar, S. Fil.I., M. Phil. (Foto: Dok.Pribadi)

“Jika homeless dekat dekat kefaqiran sampai tidak memiliki rumah, terdapat orang-orang di masyarakat yang membangun rumah namun tidak ditinggali.”

Oleh Nazwar, S. Fil.I., M. Phil. (Penerasi Jogja Sumatera)

Homeless‘ atau manusia hidup tanpa menempati rumah tinggal bukan hal baru bahkan kini kian banyak ditemukan di kota-kota besar sampai di pedesaan, begitu juga rumah kosong. Masing-masing dari keduanya bahkan terdapat sepanjang peradaban manusia terbangun. Namun, menjadi fenomenal saat keduanya terjadi pada saat bersamaan dan terdapat di lingkungan yang sama. Semakin kontras ketika keduanya terdapat sikap ketidakpedulian.

Jalanan perkotaan, terutama kota-kota besar di Indonesia tidak jarang diisi oleh mereka yang tidak memiliki rumah. Mereka menjadikan jalanan sebagai tempat tinggal sekaligus mengisi berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Pada siang hari mereka berjalan atau bekerja di berbagai sektor, umumnya serabutan seperti pemulung, pengamen maupun sekedar musafir (pejalan kaki), pada malam harinya bisa ditemukan tergeletak di pelataran ruko-ruko, gedung kosong, bahkan pinggiran jalan raya.

BACA JUGA  Soeharto: Pahlawan dan Bapak Pembangunan Indonesia

Fenomena homeless demikian juga ternyata terdapat di pedesaan. Jika perkotaan berada di remang bangunan, homeless di pedesaan biasa di halaman rumah warga, warung, dan ada juga di hutan atau perkebunan dan persawahan. Masyarakat desa/dusun umumnya lebih saling kenal sehingga sudah cukup maklum dengan keberadaan mereka. Bahkan tidak jarang di desa tertentu misalnya, ada si “homeless” pada saat tertentu juga bercengkrama dengan masyarakat.

Di sisi lain, sebuah fenomena lain kontras dengan kondisi ketiadaan, yaitu fenomena rumah kosong. Jika homeless dekat dekat kefaqiran sampai tidak memiliki rumah, terdapat orang-orang di masyarakat yang membangun rumah namun tidak ditinggali. Terkadang ada yang dijadikan pesuruh untuk menjaganya atau sekadar menyalakan lampu saat menjelang malam dan mematikan ketika sudah masuk fajar/siang.

BACA JUGA  Saatnya Wartawan Punya Rumah dan Tidak Dirumahkan

Rumah-rumah tersebut, sebab kosong seringnya terbengkalai. Tidak jarang dari rumah-rumah tersebut tergolong besar dan luas bahkan terdapat pagar mengelilinginya namun tidak penghuninya entah kemana. Rumah-rumah tersebut tidak termanfaatkan. Bahkan ada juga rumah yang sejak dibangun hingga menjadi utuh sebagai suatu rumah tidak berpenghuni. Ironinya, terdapat homeless yang tidak ada rumah atau sekedar tempat untuk beristirahat.

Sebab meski tidak saling berhubungan langsung, namun dalam nilai guna keduanya kontras dan jomplang. Entah bagaimana menjembatani keduanya. Jelasnya, terdapat sikap pemubadzdziran di tengah orang lain yang sesungguhnya membutuhkan.

*Penulis Nazwar, S. Fil.I., M. Phil adalah Dosen filsafat di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang, Lulusan Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.