Hemmen
Berita  

Vaksin Covid-19 Dosis Tunggal Buatan Kanada Siap Diuji

Dok.Okezone

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Vaksin Covid-19 dosis tunggal yang dikembangkan peneliti di Ottawa, Kanada, telah menghasilkan respons kekebalan yang kuat dan tahan lama pada tikus dan monyet. Vaksin yang didasarkan pada strain virus yang bereplikasi itu kini siap diuji klinis pada manusia.

Ilmuwan senior di Ottawa Hospital yang juga penulis studi, John Bell, menjelaskan, vaksin yang dikenal sebagai TOH-Vac1 itu akan menjadi alat baru yang serbaguna. “Vaksin ini juga berpotensi penting dalam perang global melawan pandemi Covid-19 dan varian-variannya,” ujar dia dalam laporan pekan lalu.

Vaksin TOH-Vac1 menggunakan strain virus Vaccinia yang telah dilemahkan, yang digunakan dalam kampanye global untuk memberantas cacar, penyakit menular yang membunuh dan membuat orang cacat selama ribuan tahun. Vaksin mode ini sukses mengatasi wabah cacar pada 1950-an dan 60-an.

Virus Vaccinia juga telah digunakan dalam vaksin untuk hepatitis B. Bell, yang pekerjaannya sebelumnya berfokus pada pemanfaatan kekuatan virus untuk melawan kanker, mengatakan vaksin Covid-19 berbasis virus menawarkan potensi, keserbagunaan, dan keamanan.

BACA JUGA  Targetkan Vaksinasi 200 Ribu Per Hari, TNI Rekrut Ribuan Nakes Medis dan Non Medis

“Virus telah digunakan untuk memvaksinasi orang selama bertahun-tahun, jadi mereka memiliki catatan keamanan yang bagus,” kata Bell yang studinya diterbitkan dalam jurnal Molecular Therapy baru-baru ini.

Hal lain yang bagus tentang vaksin model itu—terutama yang dapat bereplikasi seperti ini—adalah bahwa mereka menghasilkan respons kekebalan yang jauh lebih kuat. “Dosis tunggal akan dapat memberi Anda kekebalan jangka panjang.”

Stephen Boulton, rekan pascadoktoral yang bekerja di Pusat Kanker Ottawa Hospital, merupakan salah satu peneliti yang membantu memahami dan mengembangkan TOH-Vac1. Menurutnya, ketika pandemi melanda, semua orang ingin membantu. “Inilah sebabnya kami masuk ke sains,” tutur dia.

Boulton dan rekan-rekannya membandingkan kemanjuran dua vaksin yang dibuat dari strain virus Vaccinia yang berbeda. Versi replikasi terbukti lebih kuat daripada yang non-replikasi, menghasilkan tiga sampai empat kali lebih banyak antibodi dan mengaktifkan lebih banyak sel-T.

BACA JUGA  Gelar QHSE Forum Perdana, IPC TPK Perkuat "Safety Operation"

Monyet yang diberi virus tidak mengalami efek samping selain pembengkakan kecil atau luka di tempat suntikan. Bahkan, tingkat antibodi pelindung tetap tinggi enam bulan kemudian. Saat vaksin masuk ke dalam tubuh, Bell melanjutkan, virus yang melemah menginfeksi beberapa sel inang.

“Seluruh proses melompat dari sel ke sel menghasilkan respons inflamasi, yang memberi Anda respons imun yang hebat,” ucap Bell sambil menambahkan bahwa vaksin memberikan kekebalan dengan menetralkan kemampuan SARS-CoV-2 untuk menginfeksi sel inang yang dibutuhkannya untuk bertahan hidup dan bereproduksi.

Penelitian awal vaksin didanai oleh hibah dari Thistledown Foundation, sebuah badan amal yang didirikan oleh pendiri Shopify dan istrinya, Tobi Lütke dan Fiona McKean, serta dukungan dari Ottawa Hospital Foundation dan Canadian Institutes of Health Research. Tim peneliti sekarang sedang mencari hibah penelitian sebesar US$ 1 juta sehingga vaksin dapat beralih ke uji klinis ke manusia.

Menurut Bell, TOH-Vac1 mungkin terbukti sangat penting dalam upaya meningkatkan tingkat vaksinasi global karena murah, mudah dibuat, dan dapat digunakan untuk berbagai varian. Sebagai platform vaksin, katanya, virus tersebut menawarkan kepada para ilmuwan kapasitas pengkodean yang besar, artinya virus itu dapat direkayasa secara genetik dengan protein berbeda dari virus corona yang menyebabkan Covid-19.

BACA JUGA  Dampak Normalisasi Dunia Sri Mulyani Sebut Rupiah-Saham RI Terancam

Dengan informasi itu, Bell berujar, sistem kekebalan dapat menghasilkan lebih banyak antibodi dan sel T yang dibutuhkan untuk melawan infeksi virus corona—bahkan mungkin satu dari varian baru. “Anda sebenarnya dapat menargetkan bagian virus yang benar-benar invarian, yang tidak berubah,” tutup Bell.

 

Barron Ichsan Perwakum

Tinggalkan Balasan