Rusuh di Inggris, WNI Diminta KBRI Jaga Keamanan Diri

Rusuh Inggris
Aksi protes antimigran di Inggris berubah menjadi aksi kekerasan, pada Ahad (4/8/2024). FOTO: Ant/Anadolu

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Menyusul terjadinya protes dan kerusuhan akibat insiden penikaman di Kota Southport akhir Juli 2024, Warga Negara Indonesia (WNI) di Inggris Raya dan Irlandia diimbau Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London untuk senantiasa menjaga keamanan diri.

“(Meminta WNI) mempertimbangkan urgensi serta meningkatkan kewaspadaan, khususnya jika harus bepergian atau beraktivitas di luar rumah,” demikian pernyataan KBRI London yang disiarkan melalui media sosialnya, yang dikutip di Jakarta, Senin (5/6/2024).

Kemenkumham Bali

KBRI menyatakan bahwa kerusuhan telah terjadi di Kota Sunderland pada 2 Agustus lalu dan diperkirakan dapat meluas ke belasan kota lainnya di seantero Inggris.

WNI di Inggris diminta untuk menghindari kerumunan dan tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat berhimpunnya massa atau kelompok demonstran.

KBRI juga meminta WNI mengikuti petunjuk dan arahan otoritas setempat, serta terus memantau komunikasi dari KBRI melalui media sosial ataupun komunitas WNI setempat.

Sejumlah kontak yang dinyatakan KBRI London tersedia untuk dihubungi dalam keadaan darurat di antaranya nomor darurat setempat 112 atau 999 ataupun saluran kekonsuleran KBRI +447795105477 atau +447425648007.

Senin (29/7) lalu, tiga remaja perempuan tewas dan beberapa orang lainnya kritis setelah diserang di klub tari anak-anak di Southport, Inggris.

BACA JUGA  Komisi III DPR Setujui Shayne Pattynama Jadi WNI

Polisi Inggris bertindak cepat dengan menangkap si pelaku, seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun, pada 1 Agustus.

Namun, Insiden tersebut telanjur memicu protes massal dan bentrokan setelah muncul laporan bahwa pelaku penikaman adalah seorang pengungsi, sehingga memicu provokasi berbau SARA.

Badan penegak hukum Inggris menuduh ormas Liga Pertahanan Inggris (EDL) yang berhaluan kanan ekstrem dan anti-Islam serta anti-imigran memprovokasi protes. Sementara, beberapa media di negara tersebut justru melaporkan bahwa Rusia berada di balik kerusuhan tersebut.

Beberapa masjid pun diincar oleh para perusuh dan dilaporkan telah menerima ancaman “serangan terarah” melalui telepon.

Merespons peningkatan kasus kekerasan, Dewan Muslim Inggris (MCB) berencana supaya masjid-masjid menyewa staf keamanan profesional, memperkuat pintu dan jendela, serta memastikan kamera CCTV berfungsi dengan baik, lapor The Independent.

PM Inggris: Perusuh Preman Ekstrem Kanan

Sementara itu laporan Kantor Berita Anadolu dari London menyatakan bahwa Perdana Menteri (PM) Inggris, Keir Starmer pada Ahad (4/8) menyebut para perusuh yang melakukan kekerasan sebagai “preman ekstrem kanan,” dan memperingatkan bahwa mereka yang terlibat dalam kerusuhan di jalanan akan “menyesal.”

Dalam pidatonya kepada rakyat Inggris terkait kerusuhan yang sedang berlangsung, Keir Starmer mengatakan bahwa tidak ada keraguan bahwa mereka yang terlibat dalam kekerasan itu akan berhadapan dengan hukum dengan tegas.

BACA JUGA  Rangkaian Kemilau HUT ke-33 Tahun, FIFGROUP Tanam Pohon di Mandalika

“Saya jamin Anda akan menyesal ikut serta dalam kerusuhan ini, baik secara langsung maupun mereka yang menghasut aksi ini melalui internet lalu untuk diri sendiri,” kata perdana menteri, menambahkan bahwa “ini bukanlah protes,” tetapi “kerusuhan kekerasan yang terorganisasi.”

Starmer menyatakan bahwa hal itu tidak memiliki tempat di jalanan Inggris atau dunia maya, dengan mengutip serangan terhadap sebuah hotel di Rotherham di mana jendela-jendela dipecahkan, bangunan dibakar, dan tamu serta staf ketakutan.

“Tidak ada pembenaran, termasuk untuk perbuatan itu, dan semua orang yang berpikiran sehat harus mengutuk kekerasan semacam ini.”

Sebuah protes akbar anti-imigran berubah menjadi kekerasan pada Minggu saat demonstran sayap kanan menyerang sebuah hotel di Rotherham yang menampung pencari suaka, memecahkan jendela dan membakar bangunan.

Insiden ini terjadi tepat sebelum tengah hari dan ditandai dengan bentrokan intens antara pengunjuk rasa ekstrem kanan dengan polisi dan pendukung migran.

“Orang-orang di negara ini berhak untuk merasa aman dan kita telah melihat komunitas Muslim menjadi sasaran dan serangan terhadap masjid… Jadi, saya tidak akan ragu menyebut ini apa adanya, premanisme ekstrem kanan,” kata Starmer.

BACA JUGA  WNI di Jepang Diminta Waspada, KBRI: Peringatan Tsunami Belum Dicabut

Dia menambahkan: “Jika Anda menargetkan seseorang karena warna kulit atau agama, ini adalah ekstrem kanan.”

Sebelumnya, pihak berwenang melaporkan setidaknya 100 penangkapan setelah meletusnya kekerasan, tidak hanya di Rotherham tetapi di seluruh Inggris, dengan lebih banyak demonstrasi yang direncanakan pada Minggu.

Protes serupa diperkirakan akan terjadi di Bolton, Lancaster, Middlesborough, Weymouth, dan Newcastle upon Tyne.

Para perusuh bertopeng, beberapa mengenakan bendera Inggris, berkumpul di luar hotel yang diketahui menampung migran.

Pihak berwenang setempat dalam keadaan waspada tinggi, mengantisipasi lebih banyak protes kekerasan di seluruh negeri pada Minggu.

Kerusuhan itu merebak, menyusul pembunuhan tragis tiga remaja di Southport pada Senin lalu, sebuah peristiwa yang telah semakin memperkeruh hubungan komunitas serta memicu serangkaian kekacauan lainnya di berbagai kota di seluruh Inggris. (Ant/02)