Hemmen

Hikmah di Balik Pandemi COVID-19

Imaam Yakhsyallah Mansur, Pembina Yayasan Al-Fatah Indonesia (Foto:JJ SP)

Di samping membawa dampak negatif seperti diuraikan di atas, COVID-19 juga memberikan dampak positif atau hikmah bagi kehidupan masyarakat. Hal inilah yang harus direnungkan oleh kaum Muslimin dalam upaya semakin menambah keimanan dan kedekatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Adapun dampak positif dimaksud adalah:

Idul Fitri Kanwil Kemenkumham Bali

Pertama, menunjukkan secara jelas kebenaran syariat Islam. Dengan menyebarnya virus corona, banyak manusia kini menyadari bahwa ajaran (syariat) Islam benar-benar membuat orang menjadi sehat.

Di antara syariat yang berhubungan dengan pencegahan corona antara lain memakan makanan yang halal dan thayib (baik), membiasakan wudhu, tidak sembarang berjabat tangan (salaman) dengan orang banyak (bukan mahram), hingga menutup muka (cadar).

BACA JUGA  Pakar Hukum Dorong Kejagung Terapkan UU TPPU

Hal ini jelas sejalan dengan anjuran pemerintah terkait perlunya menjaga kesehatan di masa pandemi ini dengan melaksanakan 5 M (mencuci tangan, memakai masker, menjauhi kerumunan, menjaga jarak dan mengurangi aktifitas).

Walhasil, para pihak yang masih merasa takut dengan Islam (Islamophobia) perlahan namun pasti mulai sadar dan terbuka wawasannya bahwa ajaran Islam sesuai dengan fitrah manusia serta menjaga dan menyelamatkan manusia dari berbagai penyakit dan kerusakan lainnya.

Kedua, tumbuhnya kesadaran mandiri pangan. Seiring mewabahnya Corona, muncul kekhawatiran akan terjadinya krisis pangan, sehingga menuntut adanya kewaspadaan dari semua kalangan terkait.

Di beberapa lembaga masyarakat seperti Muhammadiyah, NU dan lembaga atau Ormas lainnya serta lembaga filantropi seperti Dompet Dhuafa (DD), Rumah Zakat (RZ), Majelis Waqaf Jama’ah Muslimin dan lainnya muncul inisiasi dan inovasi untuk dapat mendorong masyarakat berdaya dan mandiri pangan.

BACA JUGA  Sepuluh Sifat Teladan Nabi Ibrahim Sepanjang Masa (Renungan Pasca Ibadah Haji dan Qurban)

Mereka membuat program Desa Mandiri Pangan dengan mengajak warga masyarakat untuk menanam tanaman pangan seperti ubi-ubian dan sayuran serta budi daya ikan dengan memanfaatkan pekarangan yang belum ditanami.

Sementara di perkotaan, pemerintah daerah bekerja sama dengan lembaga-lembaga filantropi membuat inovasi RW Berdaya dengan menanam tanaman pangan dan sayuran di dalam pot selain mengumpulkan donasi untuk membantu warga yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan pokok dengan menyediakan sembako.

Ketiga, meningkatnya kerjasama antar masyarakat. Di masa pandemi ini kesadaran negaranegara di dunia untuk saling bahu membahu dan bekerjasama menyelamatkan rakyatnya dari COVID-19 semakin kuat.

Dalam forum Liga Muslim (Muslim League) semua negara anggota berkomitmen untuk saling bertukar pengalaman serta saling memberi bantuan dan berbagi informasi tentang penanganan virus corona.

BACA JUGA  Mendamba Kedamaian di Bumi Papua

Sebagai contoh, Indonesia banyak menerima bantuan dari Qatar, UEA, dan organisasi Rabithah Alam Islami berupa alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis. UEA juga memborong beberapa hasil pertanian Indonesia sebagai cerminan atau bentuk solidaritas.

Tidak hanya itu, negara-negara lain yang tidak tergabung dalam OKI, seperti Pemerintah China mengirimkan tenaga medis dan obat-obatan kepada Italia untuk membantu negara itu dalam mengobati pasien corona.

Keempat, polusi udara menurun. Transportasi menyumbang 23 persen dari emisi karbon dalam skala global. Tapi berkat kebijakan lockdown dan PSBB yang berdampak pada penutupan sementara transportasi seperti penerbangan, kapal dan kendaraan darat, maka polusi udara dan efek gas rumah kaca menurun signifikan, sehingga kualitas udara menjadi bersih dan segar.

Kelima, keakraban dalam rumah tangga. Menurut Deputi Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), I Agustina Erni Susiyanti, pandemi COVID-19 memiliki dampak positif bagi kehidupan rumah tangga.

Agustina mengungkapkan, sejumlah penelitian menyebutkan bahwa komunikasi dan keharmonisan keluarga di masa pandemi menjadi meningkat. Sebelum COVID-19 menghantui, anggota keluarga sering berkegiatan di luar rumah, berangkat pagi dan pulang sore atau malam hari.

Namun di tengah pandemi ini waktu dengan keluarga menjadi lebih banyak. Dengan lebih banyak waktu di rumah, suami istri bisa lebih banyak berdiskusi, lebih memperhatikan tumbuh kembang anak-anak, dan dapat membangun keakraban dengan lebih baik.

BACA JUGA  OC Kaligis Soroti Rekomendasi Komnas HAM Soal Kematian Laskar FPI

Kemudian, kebijakan bekerja dari rumah (work from home/WFH) juga membuat suami, istri, dan anak anak berada dalam satu suasana sehingga berbagai kegiatan rumah tangga pun bisa dilakukan secara bersama-sama.

Begitu juga dengan tuntutan belajar daring, masing-masing anggota keluarga akan meningkatkan keilmuan dan keterampilan sehingga wawasannya bertambah dalam mengatasi problematika masa kini dan mendatang.

Penulis Imaam Yakhsyallah Mansur adalah Pembina Yayasan Al-Fatah Indonesia.

Barron Ichsan Perwakum

Tinggalkan Balasan