JAKARTA,SUDUTPANDANG.ID –Indonesia resmi memiliki kapal penyapu ranjau laut. Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali memimpin acara penerimaan dua unit Mine Counter Meassure Vessel (MCMV) itu di Galangan Abeking & Resmussen, Lamwerder, Bremen, Jerman, pada Jumat (26/5/2023).
Tidak hanya itu, Wakil Menteri Pertahanan Muhammad Herindra yang mewakili Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan, ia hadir untuk menyaksikan penandangangan dokumen penyerahan dua unit kapal Mine Counter-Measure Vessel (MCMV) tipe MHV-60
“Dua kapal berkemampuan pemburu ranjau ini diberi nama KRI Pulau Fani-731 dan KRI Pulau Fanildo-732. Kapal ini juga memiliki keunggulan sebagai kapal survei alur dan kontur bawah air. Selain itu, meski terbatas, kapal tersebut juga bisa membantu operasi pencarian dan pertolongan(SAR),”kata Wakil Menteri Pertahanan Muhammad Herindra, Minggu (28/5/2023)
Dalam kesempatan itu, dilaksanakan upacara pengibaran bendera Indonesia diiringi lagu ”Indonesia Raya” diatas kapal sebagai identitas bahwa kapal perang tersebut milik Indonesia
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muhammad Ali secara resmi menyatakan masuknya kedua KRI ini ke jajaran TNI AL. Selanjutnya, Ny Fera Muhammad Ali memotong kedua tali sebagai tanda resminya kedua KRI tersebut siap berlayar dan dioperasikan ke berbagai medan penugasan.
Kapal tersebut dibuat di Galangan
Abeking dan Resmussen, Lamwerder, Bremen, Jerman. Kapal penyapu ranjau berjenis MCMV yang dinamakan dengan nama-nama pulau di Provinsi Papua ini mampu bekerja baik di laut dangkal maupun laut dalam. Pemotongan baja pertama (first steel cutting) dilakukan pada 26 November 2020
Ali juga mengatakan, tujuan dari pengadaan kedua KRI tersebut tak lepas karena masih banyaknya ranjau laut peninggalan perang dunia kedua di laut Indonesia.
Di samping itu juga karena dinamisnya perkembangan teknologi persenjataan ranjau saat ini. Kedua kapal ini akan ditugaskan membersihkan perairan Indonesia yang masih berpotensi bahaya ranjau dan secara umum menjaga agar perairan Indonesia bebas dari senjata bawah air
“Kapal ini punya teknologi terbaru yang lebih canggih dibandingkan kapal buru ranjau yang telah dioperasionalkan TNI AL saat ini,”ujar Ali
Kedua kapal ini menggunakan bahan baja non-magnetik serta memiliki degaussing system, yaitu sistem untuk mengurangi kemagnetan kapal serta dilengkapi penggerak motor elektrik untuk mengurangi tingkat kebisingan,”tambah Ali
KRI Pulau Fani-731 dan KRI Pulau Fanildo-732 memiliki dimensi yang lebih besar dengan panjang 61,4 meter dan lebar 11,1 meter.
Kedua kapal tersebut juga didukung dengan peralatan sonar terbaru yang mampu mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air serta memiliki Remotely Operated Vehicle (ROV) untuk mengidentifikasi dan menetralisir ranjau
Keduanya juga dilengkapi AUV (autonomous underwater vehicle) untuk membantu mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air dan USV (unmanned surface vessel), yakni kapal tanpa awak untuk pemburuan dan penyapuan ranjau.
Untuk mengawaki kapal ini, para personel TNI AL telah melalui pendidikan dan pelatihan selama 39 hari di Jerman.(PR/04)