MOSKOW, SUDUTPANDANG.ID – Gerakan Perlawanan dan Pejuang Islam, Harakat al-Muqawamat al-Islamiyyah (Hamas), memastikan salah satu pemimpinnya, Ismail Haniyah meninggal dunia secara syahid akibat serangan zionis Israel di tempat tinggalnya di Teheran, Iran.
Menurut laporan Kantor Berita Sputnik, anak perusahaan Kantor Berita Pemerintah Rusia, Rossiya Segodnya dari Moskow yang dikutip di Jakarta, Rabu (31/7/2024) disebutkan dalam pernyataan Hamas melalui media sosial Telegramnya, Rabu (31/7) gerakan Perlawanan Islam Hamas mengucapkan belasungkawa atas wafatnya seorang anak dari Bangsa Palestina yang besar, Ismail Haniyeh.
“Pemimpin gerakan meninggal dunia akibat serangan Zionis laknat pada tempat tinggalnya di Teheran setelah mengikuti upacara pelantikan Presiden Iran yang baru,” demikian pernyataan Hamas.
Sementara itu sebuah kantor berita swasta yang menerbitkan surat kabar daring, Khaberni mengutip kantor media pemerintah Israel mengaku negeri zioonis itu bertanggung jawab atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, Rabu (31/7).
Mereka mengunggah gambar Haniyeh di akun Facebook-nya dengan tulisan “Dieliminasi”, yang mengindikasikan kalau Haniyeh memang target dari serangan terencana yang sudah disiapkan.
“Tulisan itu ditempel di dahi Haniyeh pada gambar tersebut yang menunjukkan kalau operasi pembunuhan tersebut dilakukan melalui sebuah serangan terencana di Teheran,” tulis laporan Khaberni.
Sebelumnya, Otoritas Penyiaran Israel, KAN pada Rabu (31/7) melaporkan bahwa Ismail Haniyeh, dibunuh oleh rudal dari luar wilayah Iran.
Sedangkan media Iran memberitakan beberapa rincian operasi yang berujung pada pembunuhan Ismail Haniyeh, di Ibu Kota, Teheran.
Media Iran melaporkan, kalau “pembunuhan Ismail Haniyeh terjadi sekitar pukul dua pagi waktu Iran, dan dia tinggal di markas khusus veteran perang di Teheran”.
Kantor Berita Iran melaporkan bahwa kediaman Haniyeh di Teheran itu menjadi sasaran rudal yang ditembakkan dari udara.
“Investigasi lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengetahui keadaan operasi teroris ini, seperti lokasi penembakan rudal”,” sebutnya.
Otoritas Iran bersama Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) langsung mengggelar rapat darurat, menyelidiki serangan rudal mematikan yang telah menewaskan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh di kediamannya di Teheran, Iran itu.
Ismail Haniyeh berstatus sebagai tamu negara dalam kapasitas kehadirannya di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden terpilih Iran, Masoud Pezeshkian.
Profil
Ismail Haniyeh, dalam laporan media yang dihimpun disebutkan dia meninggalkan Jalur Gaza pada 2019 dan tinggal di Qatar.
Sejak perang Hamas-Israel pecah pada Oktober 2023 lalu, ia disebut-sebut telah menjalani peran sebagai perunding yang mengupayakan tercapainya gencatan senjata Gaza.
Ia melakukan perjalanan dalam misi diplomatik ke sejumlah negara selama perang Gaza, termasuk bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dan Iran.
Ismail Haniyah masyhur sebagai pemimpin biro politik Hamas, terutama sejak faksi Palestina tersebut berhasil memenangkan pemilihan umum dan memerintah Jalur Gaza sejak 2007. Sejak 2017, murid pendiri Hamas Syekh Ahmad Yasin itu menetap di Qatar.
Bagaimana jadinya Gaza setelah Ismail Haniyeh meninggal?
Jurnalis Al Jazeera, Hani Mahmoud, menyebut kematian Haniyeh “sangat berpengaruh” bagi warga Gaza karena dia adalah pemimpin negosiasi yang mereka harapkan akan menghasilkan gencatan senjata.
“Warga Palestina di seluruh Gaza dan Tepi Barat juga memandang Ismail Haniyeh sebagai pemimpin moderat yang jauh lebih pragmatis dibandingkan dengan para pemimpin lain yang mengepalai sisi militer gerakan,” kata Mahmoud.
Dibesarkan di sebuah kamp pengungsi, ia sangat populer. Dia mewakili sebagian besar orang yang merupakan keturunan dari keluarga pengungsi yang mengungsi dari wilayah Palestina pada 1948,” tambahnya, ketika berada di Deir el-Balah, Gaza.
Menurut Mahmoud, banyak pihak yang khawatir pembunuhan Haniyeh sekarang dapat menyebabkan eskalasi lebih lanjut dari konflik.
Sementara itu, pakar dari Universitas Qatar berpendapat, Israel telah bertindak terlalu jauh dengan menargetkan Haniyeh di Teheran.
Tindakan keji
Sementara itu menurut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pembunuhan Haniyeh adalah tindakan keji untuk melemahkan perjuangan bangsa Palestina dan perlawanan mulia mereka di Jalur Gaza.
Wakil Menteri Urusan Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov mengatakan insiden tersebut merupakan pembunuhan politik yang sama sekali tidak dapat diterima dan akan menyebabkan eskalasi ketegangan lebih lanjut.
Kementerian Luar Negeri Qatar turut menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai eskalasi yang berbahaya dan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional dan kemanusiaan yang meredupkan upaya perdamaian.
Sedangkan Indonesia mengecam keras pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh tersebut.
“Tindakan tersebut merupakan provokasi yang dapat meningkatkan eskalasi konflik di kawasan dan merusak proses negosiasi yang terus diupayakan,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri RI melalui media sosial X pada Rabu (31/7). (Ant/berbagai sumber/02)