Hemmen

Kedisiplinan Masyarakat Jadi Kunci Indonesia Bebas Pandemi

Aksi bagi masker di Bambu Apus, Jakarta Timur/Foto:istimewa

SUDUTPANDANG.ID – Kedisiplinan masyarakat menjadi kunci bagi Indonesia terbebas pandemi Covid-19, selain vaksinasi yang saat ini masih terus dilakukan oleh pemerintah. Menakar kedisiplinan terlihat dari aktivitas masyarakat sehari-hari dalam mematuhi protokol kesehatan 5M, yakni mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.

Kesadaran untuk menahan diri tidak berkumpul dalam kegiatan apa pun, termasuk halalbihalal selama periode Syawal pasca Idul Fitri 1442 H. Semua pihak harus menyadari regulasi yang dibuat bertujuan sebagai langkah pencegahan agar virus corona tidak terus menyebar.

Idul Fitri Kanwil Kemenkumham Bali
BACA JUGA  Kemenkes Larang Masyarakat Minum Obat Sirop

Perang melawan pandemi adalah perjuangan panjang yang membutuhkan kesabaran, kesadaran, dan kerja sama semua pihak. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat. Tanpa itu, semua mustahil bisa keluar dari krisis ini. Pandemi bisa terkendali bila memikirkan dan mewujudkan kebahagiaan orang lain. Menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang berpotensi menyebarkan Covid-19 adalah cara terbaik saat ini.

“Islam tidaklah sekadar mengajarkan umatnya untuk berpasrah atau tawakal dengan menyerahkan urusan kepada Allah SWT. Konsep ketawakalan dalam Islam lebih menekankan pada tindakan aktif untuk mencari berbagai solusi dalam menghadapi bencana atau musibah, termasuk wabah Covid-19,” ujar H. Tadjudin Nur, tokoh masyarakat Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara, menyoal pandemi Covid-19, Sabtu (29/5/2021).

Menurutnya, ketawakalan aktif dalam bencana mensyaratkan adanya usaha sungguh-sungguh yang disebut dengan ikhtiar. Menghadapi wabah ini tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain.

“Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah SWT, pandemi segera berlalu, selain doa, kita harus berikhtiar sungguh-sungguh, tidak mengabaikan protokol kesehatan, aturan yang sudah ditentukan oleh pemerintah melalui pihak-pihak yang memang kompeten di bidangnya,” ucapnya.

“Suka tidak suka kita harus patuh, awalnya memang belum terbiasa harus pakai masker, cuci tangan, jaga jarak, tapi lama-lama jadi terbiasa, ya harus kita patuhi agar kita semua tidak terpapar Covid-19,” kata Nilan, pengemudi ojek online (Ojol), di bilangan Duren Sawit, Jakarta Timur, Sabtu (29/5/2021).

Menurut pria asal Karawang, Jawa Barat ini, pandemi Covid-19 ini tidak bisa dianggap dipandang sebelah mata. Sebab, sudah banyak yang menjadi korban setiap harinya.

“Kan bukan di Indonesia aja, seluruh dunia juga kena, yang namanya virus kan gak kelihatan, setuju banget kita harus waspada, pokoknya ikutin aja deh peraturan pemerintah yang terus berjuang menangani pandemi,” ujar Nilan, yang mengaku baru pulang ke kampung setelah larangan mudik selesai.

BACA JUGA  BPOM: Hasil Pengujian Kinder Joy Negatif Bakteri Salmonella

Hal senada dikatakan Budiman, pedagang kembang di TPU Semper, Jakarta Utara. Ia mengaku pasrah dagangan tidak selaris tahun-tahun sebelumnya.

“Sepi, karena ada larangan ziarah saat Lebaran, tapi tetap ada yang beli, karena TPU dibuka dengan aturan dibatasi jumlah yang ziarah,” tuturnya.

Soal penerapan protokol kesehatan 5M, ia mengaku setuju karena tujuannya baik untuk mencegah penyebaran Covid-19.

“Bersyukur masih diberikan kesehatan, kalau ngomongin terdampak semua juga terdampak, bukan kita aja kok. Pakai masker, cuci tangan bagi saya sudah biasa, karena itu kan ikhtiar kita semua jangan kena Covid-19. Alhamdulillah bantuan sosial dari pemerintah cukup membantu,” ungkap Budiman.(um)

BACA JUGA  Lindungi Anak dengan Vaksinasi
Barron Ichsan Perwakum

Tinggalkan Balasan