Hemmen

Lakpesdam NU Indramayu Gelar Sarasehan Kuatkan Wawasan Keberagamaan

Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (31/5/2022) menggelar sarasehan bertajuk "NU dan Paham Keagamaan Transnasional" di di Pondok Pesantren I'anatul Mubtadiin, Dukuh, Indramayu. FOTO: Dais

INDRAMAYU, SUDUTPANDANG.ID – Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (31/5/2022) menggelar sarasehan bertajuk “NU dan Paham Keagamaan Transnasional” perspektif kitab “Risalah Ahlussunah Wal Jamaa’ah” karya KH Hasyim Asy’ari dan kitab “Hujjah Ahlussunah Wal Jama’ah” karya KH Ali Maksum.

Acara yang digelar di Pondok Pesantren I’anatul Mubtadiin, Dukuh, Indramayu itu menghadirkan narasumber KH Lukman Hakim dari Babakan Cirebon dan Ketua Lakpesdam NU Indramayu Dr Ahmad Faozan, M.Pd.

Kemenkumham Bali

Ketua PCNU Indramayu, Kiai M Mustofa berharap kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat terkait upaya peningkatan wawasan untuk masyarakat dan warga “nahdliyin” khususnya, untuk menghadapi soal maraknya gerakan Islam transnasional di Indonesia.

Maraknya infiltrasi paham dan gerakan transnasional, menjadi tantangan bagi penguatan wawasan keberagamaan yang moderat di Indonesia.

NU sebagai organisasi terbesar di Indonesia memiliki sejarah panjang bersinggungan dengan paham dan gerakan transnasional.

“Wawasan keberagamaan ini penting, NU Indramayu akan fokus untuk peningkatan kapasitas terhadap kader-kader NU yang siap memghadapi masalah itu,” kata Kiai Mustofa.

BACA JUGA  Ciptakan Pemilu Damai, Pusterad Gelar Sarasehan dengan Media Massa

Narasumber sekaligus Ketua Lakpesdam NU Indramayu, Ahmad Faozan memaparkan Indonesia yang multikultur adalah “blessing in disguise” dan tak banyak dimiliki negara bangsa lain.

Ragam etnis, budaya, dan agama tersebar di berbagai wilayah. Keunikan budaya hampir dimiliki setiap wilayah. Kondisi ini menuntut penguatan wawasan keberagamaan yang moderat di Indonesia.

“Adanya kitab Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah yang ditulis Hadratusy Syeikh KH. Hasyim Asy’ari dan Hujjah Ahlussunah Wal Jama’ah oleh KH. Ali Maksum, menjadi bukti tertulis peran NU dalam mengawal model keberagamaan yang moderat sejak awal,” kata Kang Faozan, sapaan akrabnya.

Ia mengajak kepada masyarakat agar terus meningkatkan wawasan keberagamaan di tengah kondisi saat ini yang makin merebaknya paham dan gerakan transnasional.

Kupas paham transnasional

Narasumber KH Lukman Hakim mengupas soal paham keagamaan transnasional dari perspektif kedua kitab tersebut.

Menurutnya ciri khusus yang mudah ditebak dari paham dan gerakan transnasional yang merusak adalah yang mengabaikan kearifan lokal dan meninggalkan tradisi.

BACA JUGA  Bupati Asahan Pimpin Apel Gabungan Bulan April 2024

“Kelompok ini sudah melakukan sosialisasi, kaderisasi dan hingga berupaya merebut kekuasaan. Mereka sudah menguasai di sektor-sektor strategis, misalnya di lembaga-lembaga keuangan, BUMN, dan lainnya,” katanya.

Ia membagi dua secara umum atas gerakan transnasional, yakni gerakan sayap jihadi dan gerakan salafi.

“Hanya dua jam, orang bisa dicuci otaknya menjadi teroris, ini sangat berbahaya,” katanya.

Dalam kitab Risalah Ahlussunah Wal Jama’ah yang ditulis oleh Hadratusy Syeikh KH Hasyim Asy’ari sudah memprediksi soal gerakan transnasional.

“Sejak 1912 M, pendiri NU ini sudah mencium aroma munculnya gerakan Islam transnasional, karyanya sangat visioner yang menawarkan solusi-solusi secara ilmiah dan argumentatif, menyuguhkan konsep soal batasan sunnah dan batasan bid’ah,”katanya.

Dalam kitab itu, lanjut Kang Lukman, ada 4 (empat) kelompok terkait gerakan transnasional, yakni kelompok salafiyun, kelompok yang suka membid’ahkan dan mengkafirkan, kelompok rofidiyun yang membenci khulafaur rosyidin, dan kelompok tibaqiyyun yang mengaku memiliki spiritual tinggi.

“Dua kelompok, kedua dan ketiga itulah yang sangat berbahaya,” katanya.

BACA JUGA  Truk Kontainer Alami Kecelakaan Tunggal di Cempaka Putih

Sementara dalam kitab Hujjah Ahlussunah Wal Jama’ah karya KH. Ali Maksum, ia menjelaskan dalam kitab ini dikupas soal amaliyah masyarakat yang sudah menjadi tradisi dilakukan secara turun temurun sejak nenek moyang, misalnya soal ziarah kubur, tahlilan, dan amaliyah lainnya.

“Amaliyah itu sudah disuguhkan dalil-dalil yang ilmiah dan argumentatif, sehingga masyarakat khususnya di Indonesia tidak lagi ragu untuk melestarikan tradisi-tradisi amaliyah yang sudah dilakukan secara turun temurun,” kata Lukman Hakim.

Usai pemapaparan narasumber acara dilanjutkan dengan dialog bersama peserta yang hadir seputar tema tersebut. (Dais)

 

 

Barron Ichsan Perwakum

Tinggalkan Balasan