Hemmen

AstraZeneca Tiba di Indonesia, Ini Bedanya dengan Vaksin Sinovac

ilustrasi

SudutPandang – Sebanyak 1,1 juta dosis vaksin Corona AstraZeneca telah mendarat di Bandara Soekarno – Hatta, Tangerang, Senin (8/3/2021) sore. Sehingga saat ini, ada dua jenis vaksin COVID-19 yang akan digunakan di Indonesia, yakni Sinovac dan AstraZeneca.

“Hari ini Indonesia menerima pengiriman pertama vaksin AstraZeneca sebesar 1.113.600 vaksin jadi,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam juma pers yang disiarkan YouTube Setpres.

Idul Fitri Kanwil Kemenkumham Bali

Berikut perbedaan di antara kedua vaksin yang dilansir dari berbagai sumber:

Teknologi yang digunakan

Vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca-Oxford dengan nama AZD1222 dikembangkan dengan platform vektor adenovirus. Artinya, vaksin ini dikembangkan dari virus yang biasanya menginfeksi simpanse dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia.

Virus tersebut membawa sebagian materi dari virus Corona yaitu protein spike. Sementara itu, vaksin COVID-19 Sinovac menggunakan platform inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan. Metode ini bisa dibilang paling teruji, karena sudah sering dipakai dalam pengembangan vaksin lain seperti vaksin polio dan flu.

Dosis pemberian

Dosis pemberian vaksin Corona untuk setiap vaksin jumlahnya berbeda-beda. Hal tersebut juga diatur melalui petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan vaksinasi dalam penanggulangan pandemi COVID-19.

BACA JUGA  Terserang Diare, 22 Anak Dirawat di RSUD Abepura Jayapura

Pada vaksin COVID-19 AstraZeneca, dosis yang diberikan sebesar 0,5 ml per dosis. Untuk rentan jarak penyuntikan dosis 1 dan 2 diatur selama 28 hari (jika diberikan dalam dua suntikan).

Sementara vaksin COVID-19 Sinovac, jumlah dosisnya masih sama yaitu 0,5 ml per dosis. Tetapi, jarak waktu penyuntikannya hanya selama 14 hari.

Efikasi

Dilansir dari studi di Lancet, dilaporkan efikasi dari vaksin COVID-19 AstraZeneca mencapai 70,4 persen. Ini didapatkan berdasarkan analisis interim uji klinis tahap ketiga di Brasil, Afrika Selatan, dan Inggris.

Uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac dilakukan di beberapa tempat, salah satunya di Bandung, Jawa Barat. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengungkapkan efikasi berdasarkan analisis interim uji klinis di Bandung tercatat sebesar 65,3 persen. Angka ini sudah memenuhi persyaratan WHO yaitu di atas 50 persen.

Efek samping

Dikutip dari laman resmi GOV UK, umumnya vaksin COVID-19 AstraZeneca-Oxford bisa memicu reaksi yang ringan hingga sedang. Efek samping lokal yang umum dirasakan seperti nyeri, gatal, dan bengkak atau memar di tempat suntikan.

Selain itu, adapun efek samping sistemik yang bisa dialami, yaitu kelelahan, menggigil atau demam
sakit kepala, nyeri sendi, pusing, nafsu makan menurun, sakit perut, keringat berlebihan, kulit gatal atau ruam, peradangan sistemik.

BACA JUGA  Soal Harga Vaksin Covid-19, Ini Penjelasan Pemerintah

Sedangkan pada vaksin COVID-19 Sinovac, dari hasil uji klinis di Bandung hanya menimbulkan efek samping ringan hingga sedang. Efek samping lokal yang umum terjadi seperti nyeri, indurasi atau iritasi, kemerahan, dan pembengkakan.

Adapun efek samping sistemik yang bisa muncul setelah divaksin dengan Sinovac, yaitu myalgia atau nyeri otot, fatigue atau atau kelelahan, dan demam.

Dosis pemberian

Dosis pemberian vaksin Corona untuk setiap vaksin jumlahnya berbeda-beda. Hal tersebut juga diatur melalui petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan vaksinasi dalam penanggulangan pandemi COVID-19.
Pada vaksin COVID-19 AstraZeneca, dosis yang diberikan sebesar 0,5 ml per dosis. Untuk rentan jarak penyuntikan dosis 1 dan 2 diatur selama 28 hari (jika diberikan dalam dua suntikan).

Sementara vaksin COVID-19 Sinovac, jumlah dosisnya masih sama yaitu 0,5 ml per dosis. Tetapi, jarak waktu penyuntikannya hanya selama 14 hari.

Suhu penyimpanan

Berbagai jenis vaksin perlu disimpan dalam tempat penyimpanan yang bersuhu rendah. Hal ini bertujuan untuk menjaga kandungan yang ada di dalam vaksin agar tidak terdegradasi atau rusak, atau mungkin mempengaruhi efektivitas vaksin.

BACA JUGA  Kemenkes: Lebih dari 500 Ribu Nakes Telah Disuntik Vaksin COVID-19

Vaksin COVID-19 buatan Sinovac diketahui bisa disimpan dalam suhu sekitar 2-8 derajat celcius. Sementara pada vaksin Astrazeneca bisa disimpan pada suhu lemari es atau pendingin reguler dengan suhu 2-7 derajat Celcius.

Harga

Dari berbagai sumber yang memprediksi, vaksin COVID-19 AstraZeneca ini dijual dengan harga US$3-US$5.25 atau sekitar Rp 42 ribu sampai 70 ribu per dosis. Harga yang lebih ekonomis ini juga menjadi salah satu keunggulan vaksin AstraZeneca.

Sementara vaksin COVID-19 dari Sinovac, Corporate Secretary PT Bio Farma Bambang Heriyanto sempat memprediksi vaksin tersebut akan dijual sekitar Rp 200.000 per dosisnya.(*)

Barron Ichsan Perwakum

Tinggalkan Balasan