Hemmen

BNPT, ISMI, Habibie Center Siap Wujudkan Kawasan Khusus Terpadu Nusantara

Penandatanganan MoU antara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI), dan The Habibie Center (THC) di Jakarta, Senin (30/8/2021), disaksikan oleh Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar (Foto: Istimewa)

JAKARTA, SUDUTPANDANG,ID – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) dan The Habibie Center (THC), sepakat berkolaborasi untuk membangun Kawasan Khusus Terpadu Nusantara (KKTN) bagi kepentingan pengembangan ekonomi para penyintas dan mantan narapidana teroris (napiter).

Penandatanganan MoU (Nota Kesepahaman) ketiga pihak dilakukan di Jakarta, Senin (30/8/2021), masing-masing oleh Untung Budiharto (Sekretaris Utama BNPT), Ilham Akbar Habibie (Ketua Umum Majelis Pengurus Pusat ISMI), dan Dewi Fortuna Anwar (Direktur Riset THC) serta disaksikan oleh Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar.

Idul Fitri Kanwil Kemenkumham Bali
BACA JUGA  Pastikan MotoGP Kondusif, Kepala BNPT Tinjau Langsung Sirkuit Mandalika

Hadir mendampingi Ketua Umum ISMI yaitu Juliana Wahid (Sekretaris Jenderal), HM Suaidy (Waketum), dan Andi Djuwaeli (Direktur Kawasan Strategis), sedangkan dari THC adalah Mohammad Hasan Ansori.

Ketiga pihak sepakat bekerjasama membangun Kawasan Khusus Terpadu Nusantara (KKTN) yang dimulai di lima propinsi, yakni Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Tenggara.

KKTN itu sendiri akan dibangun di lahan milik negara bagi kepentingan pengembangan ekonomi para penyintas dan mantan napiter sebagai bagian penting dan strategis dari upaya menjaga keutuhan NKRI dan penguatan perekonomian bangsa dengan menggunakan konsep Agro-Edu-Tourism.

BACA JUGA  Dukung Pemerintah, KPBN Curhat Soal Banpres

Kepala BNPT Boy Rafli Amar dalam kata sambutannya pada acara penandatanganan Nota Kesepahaman antara lain menyatakan, hadirnya KKTN diharapkan menjadi pencegah virus radikal dan intoleran di kalangan penyintas dan mantan napiter.

“Sasaran kelompok yang bisa menjadi virus radikal dan intoleran adalah anak-anak muda dan perempuan yang pemahaman agamanya sangat dangkal, dan isu agama dijadikan doktrin untuk merekrut kelompok sasaran tersebut,” katanya.

Selain itu, menurut Kepala BNPT, terorisme oleh kelompok teror dijadikan sebagai agama. Padahal dakwah agama tidak mengajarkan kekerasan terhadap sesama manusia walaupun berbeda agama.

“Perlunya upaya mengantisipasi perkembangan kelompok teroris Internasional seperti ISIS dan Jamaah Islamiyah serta perkembangan terbaru di Afganistan,” ujarnya mengingatkan.

BACA JUGA  PLN Dorong Pengembangan UMKM di Sulawesi Lewat Program TJSL

Sementara itu, Ketua Umum MPP ISMI Ilham Akbar Habibie menyatakan, Indonesia menjadi “hot spot” berkembangnya segala faham agama, termasuk terorisme.

“Sehingga perlu adanya upaya pencegahan dini melalui peran negara, bahkan negara perlu melahirkan peluang usaha, salah satunya membuka usaha dalam bentuk KKTN. ISMI memiliki sumber daya manusia guna mendukung keberadaan KKTN untuk menjadi pusat agro-Edu-Tourisme,” jelasnya.

BACA JUGA  Di Tengah Pasar Nantikan Kebijakan Suku Bunga BI, Rupiah Melemah

Pada kesempatan yang sama, Direktur Riset THC Dewi Fortuna Anwar menyampaikan hasil kajian dan pengamatan THC, yakni bahwa negara-negara modern di Eropa saat ini cenderung menjadi negara sekuler dan menjauh dari gereja sehingga gereja menjadi sepi.

“Sementara negara-negara di Asia, khususnya Indonesia cenderung menjadi negara religius dan kegiatan keagamaannya semarak,” katanya.(her)

Barron Ichsan Perwakum

Tinggalkan Balasan