JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengajak berbagai pihak untuk menanam mangrove (bakau) di Pantai Soge, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, guna memitigasi bahaya tsunami di kawasan itu dengan vegetasi.
Sekretaris Utama BNPB Lilil Kurniawan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (19/12/2022) menyatakan upaya ini untuk membangun desa tangguh bencana tsunami, dan ada 10 indikator yang telah dilakukan Desa Sidomulyo, di antaranya mitigasi vegetasi.
“Jangka panjangnya adalah membuat mitigasi berbasis vegetasi, salah satunya dengan penanaman mangrove,” katanya.
Ia mengatakan penanaman mangrove ini memperkuat program desa tangguh yang sudah terbangun di Kabupaten Pacitan, salah satunya Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirejo, Pacitan. Sebanyak 200 bibit tanaman mangrove ditanam secara simbolis di Pantai Soge.
Lilik bersama Sekretaris Daerah Kabupaten Pacitan, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Jawa Timur, perwakilan kementerian/lembaga, peserta sosialisasi Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project (IDRIP) dan Bank Dunia pada Ahad (17/12) ikut serta melakukan penanaman mangrove tersebut.
Total jumlah mangrove yang akan ditanam pada kawasan itu sebanyak 2.000 bibit. Sebagian besar bibit tersebut diupayakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan.
Ia menambahkan, tanaman keras juga akan ditanam di kawasan Pantai Soge. Tentu, hal tersebut disesuaikan dengan tanaman yang cocok dan dapat hidup di pesisir pantai.
“Ini adalah upaya pemerintah melindungi masyarakat terhadap bahaya tsunami,” katanya.
Tanaman mangrove saat terjadi tsunami, katanya berfungsi sebagai penghalang alami di pinggir pantai untuk memecah gelombang.
Di sisi lain, tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk mencegah abrasi. Penanaman ini tidak hanya untuk penanggulangan bencana tetapi juga mendukung program adaptasi terhadap perubahan iklim, kata Lilik Kurniawan.
Sementara itu, Desa Sidomulyo ini menjadi salah satu dari 180 desa terpilih yang mendapatkan dukungan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi dan tsunami. Dukungan yang didanai Bank Dunia ini merupakan program IDRIP.
Program kesiapsiagaan dan resiliensi masyarakat dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami ini dikoordinasikan melalui BNPB dan BMKG.
Pada kesempatan itu, BNPB dan BMKG mengajak kepala pelaksana BPBD di 17 provinsi dan perwakilan pemerintah daerah serta BPBD kabupaten/kota untuk melihat pencapaian Desa Sidomulyo dalam membangun desa tangguh bencana (destana), khususnya dari ancaman bahaya gempa dan tsunami.
Sebanyak 10 indikator telah dilakukan warga masyarakat Desa Sidomulyo, di antaranya penilaian ketangguhan desa, penyusunan peta risiko desa berbasis partisipatif, peringatan dini berbasis komunitas, mitigasi struktural dan non-struktural hingga simulasi rencana evakuasi.
Dari kunjungan ini, BNPB mengharapkan pencapaian Desa Sidomulyo dapat dijadikan model dan direplikasi sesuai karakteristik masing-masing daerah. (02/Ant)