Semangat Membara SJI PWI Pasca Dibuka Nadiem Makarim

Semangat membara ditunjukkan para pengajar dan peserta Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) pasca dibuka langsung oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, pada Selasa (6/2/2024) kemarin.
Foto: Dok.PWI Pusat

BANDUNG|SUDUTPANDANG.ID – Semangat membara ditunjukkan para pengajar dan peserta Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) pasca dibuka langsung oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim, pada Selasa (6/2/2024) kemarin.

Memasuki hari kedua, Rabu (7/2/2024), proses belajar mengajar SJI yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) langsung berjalan tanpa kendala.

Kemenkumham Bali

SJI digelar di Gedung PWI Jawa Barat, Jl. Wartawan II, Kota Bandung. Para siswanya berasal dari Bandung dan kota/kabupaten se-Jawa Barat.

Pada hari kedua, Prof Ibnu Hamad dari Universitas Indonesia menyampaikan kuliah integritas. Kemudian dilanjutkan dengan kuliah multi tasking, perencanaan berita, dan berpikir kritis.

Sebelum menyampaikan materi, pengajar SJI berkumpul men-sinkron-kan materi ajar yang akan mereka sampaikan masing-masing.

Adapun para pengajar yang hadir pada hari kedua antara lain Ahmed Kurnia (Pengajar dan Direktur SJI), Iman Handiman (Wakil Direktur), Marah Sakti Siregar (Pengajar SJI- Ketua Komisi Pendidikan dan Pelatihan PWI Pusat), dan para pengajar lainnya Dr Zarman Syah dan Dr Suprapto, Dr Imam JP, Haryo Ristamaji.

BACA JUGA  200-an Per Hari, Pelintas Batas RI-Timor Leste Meningkat

Teknologi Telah Mengubah

Pada saat acara pembukaan, Nadiem Makarim mengatakan, keberadaan SJI yang diselenggarakan oleh PWI merupakan langkah yang tepat. Mengingat perkembangan teknologi terkini, seperti kecerdasan buatan terus bergerak maju. Sehingga para wartawan harus dibekali keterampilan menghadapi semua perkembangan teknologi.

“Teknologi telah merubah segala aspek sektor jurnalisme. Tapi itu bukan alasan untuk menurunkan kualitas jurnalisme. Kita harus berkompetisi dengan kecerdasan buatan sekarang. Kita harus berintegritas, berpikiran kritis, kita harus menulis dengan hati nurani, karena itu yang tidak dimiliki oleh mesin kecerdasan buatan,” kata Nadiem yang datang ke Kota Kembang menggunakan kereta api cepat Whoosh Jakarta- Bandung.

Ketua Umum PWI Pusat, Hendry Ch. Bangun menyebut SJI merupakan lanjutan dari program yang sebelumnya sudah digagas pada tahun 2010 lalu. Di kalangan wartawan, SJI adalah ikon dari PWI yang sudah berjalan sejak lama.

“Pada saat itu, pertama kali diadakan di Palembang tahun 2010 dengan pemberi kuliah pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Untuk kali ini, multi tasking jurnalisme menjadi andalan silabus SJI. Termasuk berpikir kritis, berwawasan kebangsaan, dan menjaga integritas,” ungkap Hendry yang hadir ke Bandung bersama Sekjen PWI Pusat Sayid Iskandarsyah dan pengurus lainnya.

BACA JUGA  Pengurus IKWI Audiensi ke Ketua TP PKK Lamtim

Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat Mohammad Nasir, menjelaskan, SJI merupakan program pendidikan bagi wartawan anggota PWI yang dilaksanakan secara mobile (keliling) dari provinsi ke provinsi.

“Tujuannya, untuk mendekatkan SJI dengan para wartawan yang membutuhkan tambahan pengetahuan dan keterampilan jurnalisme terbaru, dengan mempertajam multi-tasking, integritas, kebangsaan, dan critical thinking,” tutur wartawan senior itu.

Di hadapan Nadiem Makarim dan PJ Gubernur Jabar Bey Machmudin bersama sejumlah perwakilan perguruan tinggi ternama di Bandung, jajaran pengurus PWI Jawa Barat pimpinan H. Hilman Hidayat menyebut SJI merupakan program peningkatan kompetensi dan wawasan yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Direktur SJI Ahmed Kurnia, menjelaskan tentang proses rekrutmen untuk pengajar SJI. Mereka adalah para wartawan senior yang memiliki jam terbang tinggi.

BACA JUGA  PWI Pusat: Hasil Audit UKW-BUMN Gate Tidak Ada Penyimpangan

“Selain punya pengalaman, mereka juga punya wisdom yang bisa dibagikan kepada wartawan muda,” katanya.

Terpisah Zarman Syah, pengajar SJI yang juga peneliti di lembaga internasiona United Nation Training and Research (UNITAR) mengatakan, kehadiran SJI sudah tepat pada zamannya.

“Sekarang ini adanya ancaman terhadap profesionalisme wartawan dengan kehadiran mesin pintar AI. Maka tidak bisa dielakkan lagi kemampuan dan pengetahuan serta keterampilan wartawan harus terus-menerus ditingkatkan,” kata Zarman.(PR/01)