JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Mengejutkan, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) gagal lolos ke Senayan setelah perolehan suara dalam Pemilu 2024 di bawah 4 persen tingkat nasional.
Meskipun PPP adalah partai tua yang sarat pengalaman, tapi di Pemilu 2024, gagal lolos parlemen karena tidak memenuhi ambang batas parlemen 4 persen.
“Ada sejumlah faktor yang menyebabkan PPP gagal tembus parlemen,” kata Pengamat Politik Citra Institute Yusak Farchan, Kamis (21/3).
Pertama, kata Yusak, PPP tidak mampu melakukan adaptasi dengan iklim kepartaian pasca reformasi yang lebih terbuka dan inklusif.
Menurut Yusak, profil sebagai partai Islam cenderung melekat pada PPP sehingga ceruk pasar pemilih yang diperebutkan hanya menyasar pada segmen kelompok tertentu seperti kelompok Islam tradisional.
“Itupun terbatas pada kalangan tua,” kata Dekan FISIP Universitas Pamulang ini.
Kedua, lanjut Yusak, PPP kurang berhasil melakukan upaya re-branding kepartaian.
Ia berpendapat figur Sandiaga Uno tidak mampu mendongkrak suara PPP. Sandi tetap dikenal publik sebagai pengusaha, bukan politisi yang lahir dan dibesarkan dalam rahim gerakan politik Islam.
“Sandi juga tidak cukup kuat menggaet kelompok muda dan milenial untuk memilih PPP karena harus bersaing ketat dengan parpol lainnya,” katanya.
Ketiga, PPP kurang maksimal dalam memasang caleg-caleg petarung di seluruh dapil DPR-RI.
“Bagaimanapun, kerja keras para caleg menjadi variabel penting untuk mengerek elektabilitas partai,” kata Yusak.
Jika hanya terdapat satu caleg yang bekerja serius dalam satu dapil, maka peluang mendapatkan kursi juga cukup berat. Dampaknya tentu perolehan suara secara nasional juga tidak optimal.
“Keempat, tingkat party identity (ID partai) PPP yang masih lemah, sehingga perolehan suara partai juga tidak bisa diandalkan untuk lolos parlemen secara nasional. Dalam penetapan tersebut, PPP tercatat mendapatkan 5.878.777 suara atau 3,87 persen dari total suara sah nasional sebesar 151.796.631 suara,” pungkasnya.(05)