Hemmen

Ini Gejalanya Leptospirosis Dikenal sebagai “Demam Urine Tikus”

Musim Hujan dan Banjir, Kemenkes Imbau Warga Waspadai Leptospirosis, Diam-diam Mematikan (kesehatan.jogjakota.go.id)

JAKARTA, SUDUTPANDANG.ID – Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai ancaman leptospirosis yang dikenal sebagai “demam urine tikus”.

Negara yang paling berpotensi terjangkit penyakit ini adalah negara iklim tropis dan sub-tropis, terutama negara kepulauan dengan curah hujan dan potensi banjir yang tinggi.

Idul Fitri Kanwil Kemenkumham Bali

Sumber utama penular leptospirosis adalah tikus, anjing, babi, sapi, dan kambing. Biasanya, leptospirosis ditularkan melalui urine atau air kencing binatang yang mengandung bakteri leptospira.

“Infeksi dapat terjadi dengan kontak langsung atau melalui kontak dengan air sungai, danau, selokan, lumpur, atau tanah yang terkontaminasi bakteri Leptospira,” tulis Kemenkes RI melalui laman resminya, dikutip Jumat (12/1/2024).

Penting bagi masyarakat untuk mengetahui bagaimana gejala leptospirosis. Berikut daftarnya.

BACA JUGA  Satgas: Di Bali, 12 Kasus COVID-19 Per Hari Terjadi Selama Masa Lebaran

Demam di atas 38 derajat Celsius

Sakit kepala

Badan lemah

Nyeri betis hingga sulit berjalan

Kemerahan di selaput putih mata

Mata dan kulit kekuningan

Pembesaran hati dan limpa

Tanda-tanda kerusakan ginjal

“Masa inkubasi leptospirosis antara dua hingga 30 hari dengan rata-rata berlangsung tujuh sampai 10 hari,” ungkap Kemenkes RI.

Daerah Sebaran Leptospirosis di Indonesia

Menurut Kemenkes RI, sejumlah wilayah RI adalah daerah epidemis leptospirosis. Sejumlah provinsi yang pernah melaporkan kasus leptospirosis adalah.

DKI Jakarta

Banten

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Kalimantan Selatan

Maluku

Sumatra Selatan

Kalimantan Timur

Kalimantan Utara

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Kepulauan Riau

Bali

(06)

Barron Ichsan Perwakum