Mengapa Masih Ada Orang Tidak Percaya Covid-19?

ilustrasi/dok.Twitter

SUDUTPANDANG.ID – Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus melonjak. Selain program vaksinasi, imbauan, edukasi, peringatan hingga penindakkan soal protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus terus gencar dilakukan.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang diunggah di Twitter resmi @KemenkesRI, dan keterangan pers di kanal YouTube Kemenkes, Sabtu (26/6/2021) pukul 16.52 WIB, kasus positif virus corona ada penambahan sebanyak 21.095 kasus. Total kasus Covid-19 di Indonesia menjadi 2.093.962 kasus dari sebelumnya sebanyak 2.072.867 kasus.

Kemenkumham Bali

 

Bagi yang sampai saat ini masih ngeyel, tidak peduli dengan protokol kesehatan, bahkan tidak percaya adanya virus corona, sebaiknya melihat fakta nyata yang terjadi saat ini. Melihat dengan objektif dan berpikir jernih, karena semua itu bukan rekayasa. Apakah banyaknya korban setiap hari belum lah cukup jadi bukti virus corona itu nyata?. Sebaiknya buang jauh-jauh rasa benci atau apapa pun itu terhadap pemerintah yang tengah berupaya keras bersama semua pihak untuk menangani pandemi Covid-19.

“Apakah bapak percaya virus corona itu?” tanya penulis ke saat berbincang santai ke salah satu petugas parkir, Aris, di bilangan Tamansari, Jakarta Barat, Jumat (25/6/2021).

BACA JUGA  RS Mata NTB-Australia Dukung Penurunan Kasus Katarak

“Gimana ya, masih ragu kalau saya, sekalipun memang ada ya namanya penyakit kan bukan hanya corona, demam berdarah juga bahaya, demam juga, kenapa semua yang sakit sekarang selalu dibilang corona?,” ucap Aris yang mengaku memasker karena takut Satpol PP.

Penulis hanya senyum-senyum menanggapi jawaban tersebut. Kemudian berupaya menjelaskan dengan analogi sederhana agar mudah dipahami.

“Bang yang nama kesalahan pemeriksaan di rumah sakit pasti ada, tapi coba deh abang pikir, virus corona ini kan bukan hanya di Indonesia, terus korbannya juga sudah banyak, rasanya gak mungkin deh bang itu rekayasa dan mengada-ada,” ungkap penulis.

Usai menyeruput kopi, sembari menghisap rokok kretek, ia menanyakan, jika virus corona memang ada kenapa harus sepanik itu dan terkesan berlebihan?.

BACA JUGA  Menko PMK Imbau Warga Tidak Mudik pada Akhir Tahun

“Bagaimana gak panik bang, kalau kita sebagai masyarakat masih bandel dan ngeyel ogah patuh protokol kesehatan, itu kan bukan hanya bahaya ke kita diri aja, tapi orang lain termasuk keluarga kita. Virus itu tidak terlihat, penyebarannya bisa terjadi kapan saja dan melihat siapa saja. Nah, kita pakai masker dan jaga jarak begini sebagai cara kita mencegah, terus kita harus divaksin agar imun kita kuat,” papar penulis.

Di sela-sela diskusi itu, tiba-tiba Aris terdiam. Raut mukanya berubah sedih. Ia menuturkan bahwa ada saudara sedang dibawa ke RSD Wisma Atlet Kemayoran.

“Bener juga ya, saudara saya masih muda sekarang dibawa ke Wisma Atlet, dia sesak dan positif Covid-19, mohon doanya ya bang, kalau begitu saya mau daftar vaksin” tuturnya sedih.

BACA JUGA  Cegah Virus Corona, Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Bentuk Tim

Diskusi serupa soal virus corona juga bersama salah satu pedagang ketoprak, Ardi, di bilangan Tambora, Jakarta Barat. Pria asal Pemalang, Jawa Tengah, yang sudah mengadu nasib di Jakarta puluhan tahun ini mengaku percaya adanya Covid-19.

“Percaya, kita bisa lihat mas setiap hari mobil ambulance sibuk membawa pasien, dan ada saudara juga yang kena, tapi alhamdulillah sudah sembuh, awalnya memang saya tidak percaya Covid mas,” ungkap Ardi, Minggu (27/6/2021).

Ia pun mengaku selalu mengenakan masker dan menjaga jarak aman dengan pembeli serta rajin mencuci tangan.

“Alhamdulillah Sabtu kemarin saya sudah divaksin di Senayan, semoga kita semua sehat-sehat ya, dan ekonomi kembali normal,” tuturnya.

Patuhi Protokol Kesehatan

Upaya lebih keras dalam menekan laju penularan dengan menerapkan protokol kesehatan mau tidak mau harus diambil. Apalagi, saat ini program vaksinasi covid-19 terus gencar dilakukan. Jangan sampai gencarnya vaksinasi tidak diiringi kepatuhan masyarakat yang masih abai dengan protokol kesehatan.

Tak bisa dipungkiri ketidakpatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan masih tergolong tinggi. Tanpa penegakkan disiplin dan edukasi yang masif, sebagian masyarakat akan tetap abai meski lonjakan kasus covid-19 terus meningkat.(say)

BACA JUGA  BPOM: Hasil Pengujian Kinder Joy Negatif Bakteri Salmonella

Tinggalkan Balasan