Menyikapi Porak Poranda Dunia Karena Corona

Ketua Umum DPN Landas Indonesiaku Kaspudin Nor/ist

Pemimpin jangan lagi memikirkan pembangunan yang tidak darurat. Ini semua perlu sinergiritas dan kekompakan antara pemimpin yang satu dengan lainnya. Pemimpin yang  benar-benar punya niat, berpikir, berbuat dan bertindak bahwa keselamatan jiwa manusia adalah segala-galanya dan pemimpin yang siap berkorban

Oleh: Kaspudin Nor
Ketua Umum DPN Lembaga Aspirasi dan Analisis Strategis (Landas) Indonesiaku
Mahasiswa Program Doktor Managemen Ilmu Pemerintahan Universitas Satyagama 

Kemenkumham Bali

Wabah Covid-19 atau yang juga dikenal dengan Corona virus telah merajah dunia tanpa pilih bulu dan seperti telah menunjukkan kedahsyatannya. Terbukti telah membuat kalang kabut mahluk manusia. Keberadaannya ada dimana, seberapa banyak, hingga sampai kapan dan cara bagaimana membasminya hingga kini belum ada yang berani menjamin virus ini akan hilang.

Walau secara umum virus tersebut telah diketahui berawal dari Wuhan, China, namun berbagai pendapat para ahli, masyarakat awam serta para pejabat pemerintahan bahkan agamawan, tetap belum dapat menghentikan penyebarannya.

Para medis sebagai garda terdepan dan petugas lainnya TNI-Polri, relawan bahu membahu terus berjuang mengambil langkah-langkah terbaik, namun hingga kini belum dapat mengatasi permasalahan Corona.

Sampai saat ini masih terus saja bertambah korban terinfeksi dan menjadi sakit, bahkan telah banyak yang meninggal dunia baik di belahan dunia maupun di Indonesia.

Akibat wabah ini, yang tak lebih dashyatnya adalah munculnya manusia dari rasa takut akan tertular. Takut menjadi sakit, juga takut akan datang kematian, dan takut akan menularkan penyakit pada orang lain, apalagi keluarga dan orang yang dikasihinya menjadi korban.

Covid-19 telah mampu memporak-porandakan semua sendi kehidupan manusia, khususnya dalam bidang perekonomian negara dan individu rakyat semesta. Juga merusak tatanan sosial dan merubah tata cara yang normal baik dalam beribadah atau tata cara keagamaan, berkumpul sebagai ajang silahturahim.

Contoh sholat Jum’at berjamaah di suatu tempat wabah ditiadakan, aktifitas kerja, proses belajar mengajar dan aktifitas lainnya dilakukan dari rumah. Namun yang lebih memprihatinkan adalah bagi korban yang terinfeksi Covid-19 diambil tindakan isolasi.

Tragisnya, jika meninggal dunia tidak lagi dilaksanakan upacara keagamaan yang normal tanpa banyak dikunjungi keluarga dan masyarakat itu menjadi kondisi umum yang tidak bisa ditolak.

Akibat Covid-19, kini muncul kelas masyarakat yang pada intinya sama, yaitu kebutuhan akan jaminan keselamatan dari penyakit, kebutuhan hidup yang pokok masyarakat, yaitu membutuhkan makanan dan jaminan keamanan dan kentraman.

Oleh karena itu, menurut pandangan Penulis ada 3 hal kebutuhan manusia akibat Covid-19, yaitu kesehatan, makanan dan keamanan.

Dari ketiga hal tersebut, adalah sangat penting dan perlu usaha bersama dan gerakan aparatur pemerintahan baik pusat dan daerah serta gerakan rakyat semesta harus saling bahu membahu demi lenyapnya Covid-19 di Indonesia bahkan dunia.

Kuat, Cerdas, Cermat

Hal itu dibutuhkan pemerintah yang kuat, pemimpin yang kuat dan cerdas serta cermat dan bijak.

Kuat dalam arti mampu mengajak dunia melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk turut bersama-sama dalam pemberantasan Covid-19 dengan menurunkan para ahli di bidang kesehatan dan perlengkapan kesehatan.

Cerdas adalah mampu memprediksi dan mengambil langkah antispasi. Kemudian, cermat mengetahui kalkulasi anggaran sarana prasarana yang dibutuhkan, seperti kebutuhan petugas medis, kebutuhan masyarakat. Misalnya masker, kebutuhan perut masyarakat jangan sampai kelaparan akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Jaminan keamanan dan keselamatan dari semua, yaitu petugas keamanan dan relawan.

Cermat adalah mampu menetapkan skala prioritas mana yang sangat urgent dan tepat sasaran. Oleh karenanya pemimpin jangan lagi memikirkan pembangunan yang tidak darurat. Ini semua perlu sinergiritas dan kekompakan antara pemimpin yang satu dengan lainnya. Pemimpin yang  benar-benar punya niat, berpikir, berbuat dan bertindak bahwa keselamatan jiwa manusia adalah segala-galanya dan pemimpin yang siap berkorban.

Selain itu, sebagai negara yang beriman mampu mengajak masyarakat untuk memohon ampun dan pertolongan pada Allah SWT, agar senantiasa rakyat di Indonesia terhindar dari bencana. Hal ini penting karena ini bisa jadi cobaan dari Tuhan.

Penulis adalah:
Dosen Fakultas Hukum Universitas Satyagama.
Anggota Komisi Pengawas Perhimpunan Advokat Indonesia (PERADI) Pusat
Anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat
Komisioner Komisi Kejaksaan RI Periode II
Ketua Satgas Hukum dan Perundang-undangan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Pusat

BACA JUGA  Tentang Buku 'Inong Balee 1599: Laksamana Keumalahayati'

Tinggalkan Balasan