Hemmen

Arti Penting Keterampilan Menulis Bagi Mahasiswa

SP

Oleh: Dr. Elli Widia, S.Pd., MM.Pd*

Sahabat Nabi yang juga khalifah keempat Ali bin Abi Thalib pernah mengingatkan, “Ikatlah Ilmu dengan menuliskannya”, sementara Al-Ghazali, seorang pemikir Islam terkemuka mengemukakan, “Bila kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah.”

Idul Fitri Kanwil Kemenkumham Bali

Kata-kata bijak dari dua tokoh dunia itu mengandung makna yang sangat dalam, yakni bahwa menulis merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi sesama serta menjadi “legacy” (warisan) kebaikan dari penulisnya untuk orang banyak.

Maka tak heran banyak tokoh dunia dikenal karena tulisan-tulisannya yang mencerahkan dan menginspirasi banyak orang. Selain Al-Ghazali, ada nama-nama besar seperti Aristoteles, Plato, Socrates, Ibnu Sina, dan Al-Farabi. Mereka adalah pemikir brilian yang dikenal karena tulisan dan ilmunya.

BACA JUGA  Sita Dokumen dan Blokir Rekening Sepihak, Titan Infra Energy Gugat Bareskrim Polri

Proklamator Kemerdekaan RI Bung Karno (Soekarno) dan Bung Hatta (Mohammad Hatta) juga memberikan “legacy” berupa karya tulis yang fenomenal dan inspiratif, khususnya bagi generasi muda untuk masa depan bangsa yang lebih baik.

Bung Karno menulis buku “Dibawah Bendera Revolusi” yang menginspirasi semangat para pejuang kemerdekaan, sementara Bung Hatta menulis buku “Mendayung Antara Dua Karang” yang kemudian menjadi pedoman bagi pelaksanaan politik luar negeri bebas-aktif sampai sekarang.

Berbicara tentang tulisan (writing) itu sendiri, karya dari orang yang berpendidikan itu dapat digolongkan pada dua kategori, yakni tulisan ilmiah dan ilmiah populer. Tulisan ilmiah banyak muncul di jurnal-jurnal ilmiah, sementara tulisan ilmiah populer disiarkan oleh media massa.

BACA JUGA  Segudang Manfaat Vitamin E untuk Kulit

Dalam konteks Indonesia, persoalannya masih banyak mahasiswa bahkan dosen di berbagai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta yang merasa kesulitan untuk membuat tulisan ilmiah, apalagi tulisan ilmiah populer untuk disiarkan di media massa.

Para pengajar di perguruan tinggi dituntut untuk berpikir keras dan benar-benar fokus agar bisa membuat karya tulis ilmiah yang menjadi salah satu persyaratan bagi pengurusan jabatan fungsional dosen.

Di sisi lain, dosen yang sudah meraih gelar doktor dan menjadi guru besar yang tulisannya banyak dimuat di jurnal ilmiah pun masih menghadapi kesulitan untuk mengubah tulisan ilmiahnya menjadi tulisan ilmiah populer untuk konsumsi publik.

Barron Ichsan Perwakum

Tinggalkan Balasan