Hemmen

Kerempugan Adalah Kekuatan: Refleksi Milad ke-20 FBR

Milad ke-20 FBR

“Ketika kita ditekan secara refresif, kemampuan kita justru semakin meningkat, potensi kita justru semakin terasah, kita tumbuh dari dalam. Jika kita tidak ditekan, hari ini kita tidak akan mencapai kemajuan yang mengagumkan.”

Oleh: Imam FBR

Idul Fitri Kanwil Kemenkumham Bali

Salam rempug, tahun ini adalah kali kedua kita merayakan Milad FBR dengan penuh kesunyian dan lebih menitikberatkan pada muhasabah diri dan membatasi interaksi tanpa melupakan prinsip “meski jauh di mata, namun selalu dekat di hati”. Hal ini terjadi karena adanya pandemi Covid-19, yang semoga lekas berlalu dari kehidupan kita. Oleh karenanya, tema yang diambil dalam Milad ke-20 ini adalah “Agungkan Tuhan dan Kerdilkan Ego untuk Hidup Bermanfaat.”

Kita sadar bahwa kemampuan FBR untuk bertahan hingga Milad yang ke-20 tahun ini adalah sangat bergantung pada faktor-faktor yang sudah langka ditemukan dalam masyarakat kota yang materialistis dan pragmatis, yaitu saya menyebutnya dengan istilah faktor-faktor “spiritual”. Faktor-faktor “spiritual” ini menjadi kekuatan utama dan investasi terbesar yang dibangun dalam barisan kerempugan dengan menumbuhkan nilai-nilai bersama, antara lain nilai tentang imamah serta kesediaan untuk berkorban dan bahu membahu dalam mencapai kepentingan dan cita-cita bersama.

BACA JUGA  Wali Kota Medan Digitalisasi Sandang dari Pakaian Adat Jadi Busana Siap Pakai

Faktor-faktor “spiritual” yang dimiliki oleh FBR yang dapat dirasakan adalah Rahmat Allah, Kepemimpinan dan Imamah, serta Mengubah Ancaman menjadi Kesempatan.

Pertama Rahmat Allah. Faktor Rahmat Allah memang jarang disebut-sebut dalam analisis sosio-politik. Tapi, kenyataannya, memang inilah yang diyakini oleh mujahid Kerempugan, dan inilah sumber kekuatan mereka. Bahkan dalam Pembukaan UUD 1945, rahmat Allah diakui sebagai faktor penentu kemerdekaan Indonesia.

Kita yakin bahwa orang yang berjuang melawan ketertindasan dan pemberdayaan masyarakat di dalam barisan Kerempugan, pastilah dibantu oleh Allah. Dengan kalimat yang sederhana, keyakinan tersebut bisa didefinisikan dengan “Mereka yang berjuang dalam barisan Kerempugan bagaikan tetesan air yang bergabung dengan lautan luas, lalu menghilang dan menyatu dalam lautan, kemudian menjelma menjadi kekuatan yang tak terbatas.”

BACA JUGA  Menyikapi Porak Poranda Dunia Karena Corona

Keyakinan ini semakin kuat setelah beberapa kali terjadinya upaya penghancuran barisan Kerempugan, baik eksternal ataupun internal, yang selalu gagal dan kandas di tengah jalan. Para aktornya kemudian membentuk barisan yang terpisah sambil bermimpi di siang bolong mampu mengungguli barisan Kerempugan.

Keyakinan tersebut tidak serta merta muncul begitu saja tanpa upaya dan ikhtiar sama sekali. Rutinitas bacaan shalawat Nariyah, kepedulian terhadap para yatim dan dhua’fa serta keikhlasan dalam diri yang didasari oleh keimanan yang jernih melahirkan optimisme dan keyakinan untuk tetap berada dan berjuang di dalam barisan Kerempugan.

Kedua, Kepemimpinan dan Imamah. Peran kepemimpinan dan imamah adalah faktor yang sangat penting dalam menggerakkan roda organisasi. Pemimpin-lah yang menjadi penunjuk arah dalam setiap gerakan perjuangan. Dialah yang menyusun rencana dan strategi untuk berhadapan dengan tantangan dan hambatan. Hubungan yang erat dan solid antara pemimpin dengan anggota-anggotanya; antara imam dan makmumnya adalah sumber power yang sangat penting.

BACA JUGA  Peringati Maulid Nabi, Bukti FBR Jaga Tradisi Islami Masyarakat Betawi

Berbeda dengan ormas lain yang lebih memilih orang kaya dan pejabat atau mantan pejabat sebagai ketuanya, di FBR yang menjadi pemimpin adalah tokoh agama yang memiliki kredibilitas dan integritas yang cukup, maka kepatuhan kepada pemimpin, bukan hanya sebagai prinsip dasar barisan Kerempugan, melainkan juga dianggap sebagai sebuah gerakan relijius, dan inilah yang menjadi sumber utama kekuatan barisan Kerempugan.

Ketiga, Mengubah Ancaman menjadi Kesempatan. Media-media berusaha membentuk opini dan menggiring persepsi masyarakat bahwa FBR adalah organisasi preman yang anarkis dan intoleran. Mereka melakukannya secara massif, dan tanpa pernah memberi ruang sedikitpun untuk pemberitaan yang positif dari setiap gerakan FBR.

BACA JUGA  Para Guru Besar Usul Komnas HAM Panggil Paksa Firli, OC Kaligis: Jangan Terperdaya Novel

Karena didasari oleh dua faktor sebelumnya (keyakinan pada rahmat Allah dan faktor kepemimpinan relijius), mujahid Kerempugan mampu bertahan dalam situasi yang sulit dan berjuang untuk mengubah tekanan dan ancaman ini menjadi kesempatan untuk maju dan berdikari serta menjadi besar. Contoh mutakhirnya adalah, ketika akhir-akhir ini semakin maraknya pemberitaan tentang citra buruk FBR, tapi masyarakat semakin antusias untuk masuk dalam barisan Kerempugan. Inilah jenis mental yang berhasil dibangun dalam barisan Kerempugan: semakin ditekan, semakin kuat semangat perjuangan dan resistensi mereka.

Refleksi Milad ke-20 FBR/Foto:dok.FBR

Saya sering menyinggung masalah ini. Saya mengatakan “Ketika kita ditekan secara refresif, kemampuan kita justru semakin meningkat, potensi kita justru semakin terasah, kita tumbuh dari dalam. Jika kita tidak ditekan, hari ini kita tidak akan mencapai kemajuan yang mengagumkan.”

“Semakin besar kita mampu menggali kemampuan dan potensi kita sendiri. Dan semakin hari, potensi kita itu akan semakin mekar berkembang. Karena itulah, tekanan dan cacian sesungguhnya bermanfaat bagi kita.”

BACA JUGA  Menikmati Keramahan Senja di Brighton-England

Jadi, persoalan kita dalam barisan Kerempugan ini bukanlah untuk mengalahkan atau melampaui orang lain, tetapi untuk mengalahkan diri sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini. Prinsip “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin” menyebabkan diri kita semakin dipacu untuk terus bertahan dan mengembangkan diri hingga saat ini dan seterusnya.

Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik, hidayah dan innayah-Nya kepada kita semua yang senantiasa sabar dan istiqomah menetapi barisan Kerempugan.

Semoga Allah Ta’ala menyelamatkan kita dari ancaman pandemi yang seolah tak berkesudahan; memberikan kesehatan lahir dan batin untuk tetap memelihara ibadah; memudahkan kita mendapatkan rezeki yang halal dan berkah dan mencurahkan rahmat dan kasih sayangnya di sepanjang kehidupan kita. Amiiiin…!!!

Wallahu a’lam…!!!

Barron Ichsan Perwakum

Tinggalkan Balasan